BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
meneliti masa klasik Rasulullah SAW beserta para khulafa rasyidin pastilah
berkaitan dengan sejarah kemunculan Agama Islam setelah zaman pra-Islam yang
dimana Agama Islam merupakan ajaran Agama yang terlahir dari revolusi umat
manusia pada zaman pra-Islam yang di wahyukan dari Allah SWT kepada nabi
Muhammad SAW dengan kitabnya Al-Qur`an sebagai penyempurna ajaran-ajaran yang
telah di sampaikan oleh nabi dan rasul pada masa pra-Islam .
Islam
merupakan ajaran Agama yang di turunkan
Allah SWT kepada Rasulullah SAW melalui
malaikat Jibril dan disampaikan kepada umat manusia seluruhnya agar
mereka dapat selamat dunia dan akhirat serta berfungsi sebagai pedoman hingga
ke hari kiamat. Pada masa klasik Rasulullah SAW banyak timbul perdebatan dan
perlawanan dalam menyebarkan ajaran yang dibawanya dikarnakan menimbulkan
banyak pemikiran-pemikiran negatif pada kalangan umat manusia saat itu tentang
pandangan mereka terhadap agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Pada
masa itu, Rasulullah SAW bersama dengan para sahabat – sahabatnya yakni, Abu
Bakar, Utsman bin Affan, Umar bin Khatab, dan Ali bin Abi Thalib bekerja keras
menyebarkan ajaran Agama Islam agar dapat terbebas dari keterpurukan zaman yang
pada saat itu masih banyak menyembah berhala dan patung – patung yang mereka
anggap sebagai tuhan mereka.
Munculnya
agama Islam pada zaman nabi Muhammad SAW menimbulkan berbagai macam tanggapan
dan haluan baik dalam keluarga nabi sendiri maupun dari kalangan masyarakat
umumnya. Bahkan, sejumlah kecil mereka yang menerima ajaran Islam adalah para
sahabat dan keluarga dekat Rasulullah SAW, meskipun ada juga di kalangan
keluarga nabi yang menentang ajaran tersebut. Misalnya Abu Lahab[1] sampai – sampai dikarnakan menyebarkan ajaran
Agama Islam, nabi Muhammad SAW di ancam di bunuh oleh masyarakat makkah pada
saat itu.
Semangat
juang nabi dan para sahabatnya dalam menyebarkan Agama Islam belum sampai pada
titik darah penghabisan. Mereka dengan susah payah menyebarkan ajaran Agama
Islam dengan berbagai rintangan dan cobaan mereka lalui bersama dimulai dari
perdebatan, peperangan, caci maki, serta pukulan dan lemparan pun telah mereka
alami bersama – sama demi tercapainya tujuan yang mereka cita – citakan yakni
membuat semua umat manusia memeluk Agama Islam yang di mana hal itu sudah dapat
kita rasakan dimuka bumi ini berkat perjuangan para Rasul dan Nabi serta
sahabat – sahabat Rasulullah SAW sehingga Agama Islam bisa berkembang pesat di
seluruh belahan bumi yang kita cintai ini. Akan tetapi, dalam era globalisasi
ini tak sedikit masyarakat yang mengaku memeluk
Agama Islam tetapi dalam kesehariannya tidak mencerminkan sebagai umat
yang memeluk Agama Islam sehingga Islam semakin di sepelekan dan hanya sebagai
Identitas diri saja kalau ia sebagai orang yang memeluk Agama Islam.
Setidaknya dalam pembahasan masa klasik
Rasulullah SAW dan Khulafa Rasyidin yang
nantinya akan kita bahas secara bersama – sama tak luput dari sejarah yang
merupakan sumber dari ilmu pengetahuan sampai – sampai Presiden Republik
Indonesia pertama mengatakan “Jangan lupakan sejarah!” yang dimana sejarah
mempunyai andil penting dalam kehidupan keseharian kita. Karena, ketika kita
mempelajari ilmu sejarah maka, kita dapat mengaitkan antara masa lampau dengan
masa sekarang yang jauh berbanding terbalik, di mulai dari keimanan sampai
kepada Akhlak saja telah beda antara umat zaman dahulu dengan umat zaman
sekarang yang sudah dimanjakan oleh barang – barang baru yang bersifat
sementara sementara tak mempunyai manfaat untuk kedepannya malah bahkan dapat
menjerumuskan ke dalam fatamorgana kehidupan.
Kebanyakan
masyarakat indonesia lebih mengidolakan artis – artis papan atas yang selalu
membuat kita terpacu tuk bisa menjadi apa yang di idolakannya daripada
mengidolakan nabinya yang telah mengantarkan Agama Islam dengan penuh
pengorbanan dan pertumpahan darah telah beliau hadapi demi tegaknya Ad-Dinul
Islam yang merupakan salah satunya agama yang di jamin Allah SWT masuk kedalam
syurganya dan merupakan agama yang benar di sisi Allah SWT[2].
Bahkan, tidak banyak orang yang di tanya mengidolakan Rasulullah SAW dan para
Sahabatnya. Yang seakan – akan mereka memeluk Agama Islam berdasarkan orang
tuanya atau berdasarkan keturunan saja bukan karena keingin tahuan dan ke
ikhlasan dalam diri manusia sendiri untuk saling meningkatkan ibadah kepada
Allah SWT dengan landasan mengerjakan segala apa yang di perintahkan-Nya dan
menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Zaman
Khulafaur Rasyidin pun mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyebaran
Agama Islam. Yang dimana Al-Qur`an mulai di bukukan pada zaman mereka, dimulai
dari usulan Umar bin Khatab r.a. yang dimana pada kala itu telah banyak para
penghafal – penghafal Al-Qur`an yang meninggal dalam peperangan melawan kaum –
kaum yang menentang ajaran Agama Islam yang kemudian dengan inisiatif beliau
untuk membukukan Al-Qur`an disampaikan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Dengan
diterimanya usulan sahabat Umar bin Khattab, mulailah mereka membuat
kepanitiaan untuk merumuskan Al-Qur`an yang di komandani oleh Zaid bin Tsabit
dengan di bantu rekannya Ubay bin Ka`ab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
dan para sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Dalam
prosesi pembukuan tersebut. Setelah Rasulullah SAW wafat barulah sekitar 18
tahun setelah wafatnya nabi Muhammad SAW Al-Qur`an berhasil di bukukan dengan
cara mengumpulkan penghafal – penghafal
yang masih ada beserta pelapah – pelepah kurma dan kulit – kulit, serta batu –
batu yang berisi catatan – catatan penghafal Al - Qur`an yang kemudian disatu
padukan dengan hafalan dan bukti tulisan yang ada dengan penyeleksian yang
ketat pula maka jadilah Al – Qur`an sebagaimana yang kita ketahui sekarang dan
yang banyak di kenal oleh masyarakat adalah Al – Qur`an Mushaf Usmani.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Masa Klasik
Rasulullah SAW
Masa
Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Perlu kita ketahui bahwasannya
nabi Muhammad SAW lahir dalam sebuah peristiwa yang luar biasa yaitu pada Tahun
Gajah. Dikarenakan pada saat itu, ada sekelompok pasukan gajah yang di pimpin
oleh Raja Abrahah yang merupakan Gubernur kerajaan Habsyi di Yaman yang ingin
menghancurkan makkah pada kala itu. Penyebabnya adalah karena pada saat itu
negri mekkah yang semakin ramai dan bangsa Quraish pun semakin terhormat dengan
bertambahnya Jama`ah haji yang ingin berkunjung ke makkah. Akhirnya menimbulkan
rasa iri hati dalam sanubari Raja Abrahah untuk membelokkan umat manusia agar
tidak lagi berkunjung ke baitullah.
Para ahli sejarah berbeda
pendapat dalam menetapkan tanggal lahir nabi Muhammad SAW salah satunya adalah
Prof. Dr. Ahmad Syalabi yang berpendapat bahwasannya nabi Muhammad lahir pada
tanggal 9 atau 12 Rabiul Awal bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi.
Adapun, pendapat dari Muhammad Husain Haikal yang dimana beliau berpendapat
bahwa kelahiran nabi Muhammad jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah
bertepatan dengan tanggal 20 april 570 Masehi. Dan pendapat yang terakhir ini
yang menjadi panutan atau banyak diikuti oleh mayoritas kaum muslimin pada
umumnya yakni tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah bertepatan dengan tanggal 21
April 571 Masehi[3].
Nabi Muhammad SAW lahir ketika
kakek beliau Abdul Muthalib sedang mengelilingi tawaf di ka`bah dan ketika
beliau mendengar kabar bahwasannya cucunya akan lahir ia pun kemudian bergegas
pulang menemui cucunya yang baru lahir tersebut dan langsung membawanya ke
dalam ka’bah seraya bersyukur dan berdo`a kepada Allah SWT atas kelahiran dan
keselamatan cucunya itu. dan pada saat itu pula Abdul Muthalib memberi nama
cucunya dengan nama “Muhammad” yang berarti terpuji, di mana nama tersebut
belum pernah digunakan oleh orang – orang Arab pada masa itu. tetapi,
berbanding terbalik dengan zaman sekarang yang sudah banyak menggunakan kata
Muhammad sebagai namanya dan tidak sedikit di kalangan masyarakat Indonesia
yang menggunakan kata Muhammad sebagai nama depan mereka. Maka, ketika
peristiwa itulah orang – orang
Quraisy meontarkan pertanyaan mereka kepada Abdul Muthalib “mengapa engkau
memberikan nama muhammad kepada cucu engkau wahai Abdul Muthalib?”. Kemudian
paman nabi pun menjawab “agar cucuku menjadi orang yang terpuji di langit yakni
di sisi Allah SWT, dan terpuji pula di kalangan umat manusia di muka bumi.
Para Orientalis Barat ( Jerman )
seperti Iqnaz Goldzier, Theodor Noldeke, dan G. Weil yang dengan maksud –
maksud tertentu mengatakan bahwasannya nama asli Rasulullah SAW bukanlah
Muhammad melainkan Qusam atau Qutsamah. dengan intonasi nada yang sinis mereka
mengatakan bahwasannya nama Muhammad itu di berikan oleh kaum Muslimin pada
zaman itu, setelah beliau wafat. Akan tetapi, pernyataan mereka di tolak oleh
kaum Muslimin dikarenakan tidak benar dan tidak pula dapat dibenarkan. Sebab,
semua sumber sejarah telah membenarkan bahwa penamaan “Muhammad” itu diberikan
oleh Abdul Muthalib dan di dalam Al-Qur`an pun secara tegas menyebutnya
beberapa kali yakni dalam surat Ali-Imran ayat 144, Al-Ahzab ayat 40, Al-Fath
ayat 29 dan surat Muhammad ayat 2. Untuk lebih jelasnya lagi mari kita sama –
sama menyimak arti dari firman Allah SWT dalam suratnya Al-Ahzab ayat 40
“Muhammad itu sekali – kali bukanlah bapak dari seseorang diantara kamu, tetapi
dia adalah utusan Allah SWT dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui
atas segala sesuatu.”[4]
Dalam silsilah keluarga nabi
Muhammad SAW beliau merupakan keturunan dari bangsawan keluarga Quraisy yang
merupakan suku terpandang di zaman klasik Rasulullah SAW. Ayahnya bernama
Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin
Murrah. Sedangkan Ibunda Rasulullah SAW bernama Siti Aminah binti Wahab bin
Abdi Manaf bin Zuhro bin Kilab bin Murrah. Dari uraian diatas dapat kita lihat
bersama bahwasannya keturunan dari pihak Ayahanda dan Ibunda nabi Muhammad SAW
mempunyai titik temu pada kakek ke lima yakni Kilab dan Murrah dan kemudian
silsilah ini jika di teruskan sampai kepada Adnan maupun nabi Ismail dan nabi
Ibrahim a.s. di sebutkan pula dalam Riwayat bahwasannya Nabi Ismail a.s.
merupakan kakek nabi yang ketiga puluh.
Paparan silsilah keluarga nabi
Muhammad SAW senantiasa menimbulkan sebuah argument dengan statement yang
amat jelas bahwa nabi Muhammad merupakan
keturunan dari nabi Ismail a.s. yang dimana kala itu Rasulullah SAW pernah
mengatakan “saya adalah putra dari dua korban” yang di maksudkan korban disini
adalah ketika nnabi Ismail a.s. yang merupakan putra nabi Ibrahim a.s. nyaris
di sembelih oleh bapaknya sendiri atas perintah Allah SWT melalui mimpi yang di
kabarkan kepadanya. Kemudian setelah pisau itu dilekatkan ke leher Ismail a.s.
dengan kun fa ya kun ( jadilah maka jadilah ) Allah SWT mengganti nabi Ismail
a.s. dengan seekor domba untuk disembelih pada kala itu. dan korban yang kedua
merupakan Ayahanda Rasulullah SAW sendiri yang hampir di sembelih oleh Abdul
Muthalib sebagai korban kepada Allah SWT kemudian ditebus dengan penyembelihan
100 ekor unta yang pada masa itu dijadikan sebagai hewan Qurban.
Waktu pun terus berjalan dengan
kondisi nabi Muhammad yang telah kehilangan Ayahandanya ketika ia sebelum lahir
di dunia dan semenjak beliau lahir di muka bumi, beliau telah menjadi seorang
anak yatim yang kemudian tinggal bersama keluarga Halimah binti Abi Zuwaib dari
Kabilah Bani Sa`id selama 5 tahun dengan
mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang amat telah di berikan oleh
keluarga itu sampai pada saatnya beliau kembali ke makkah untuk menemui ibunda
dan kakeknya tercinta. Dikarenakan ketakutan Halimah terhadap Muhammad apabila
beliau berlama – lama tinggal bersamanya. Akhirnya, tak lama setelah beliau
berada di makkah kemudian siti Aminah Ibunda nabi mengajaknya tuk pergi ke
Madinah bertemu dengan saudara – saudaranya dengan di temani oleh Ummu Aiman
yang merupakan budak dan sekaligus pengasuh nabi Muhammad SAW. Sesampainya di
madinah, nabi di ajak berziarah ke makam Ayahandanya dan sekaligus menunjukkan
letak kuburan Ayahandanya yang telah pergi semenjak nabi berusia tujuh bulan
dalam kandungan Ibundanya.
Sebulan lamanya di Madinah
membuat nabi mengetahui banyak hal tentang keluarganya apalagi di tambah cerita
– cerita Ayahanda yang setiap saat di ceritakan oleh Ibundanya membuat hati
nabi merasa terharu akan nasib hidup yang beliau jalani tatkala beliau menjadi
anak yang tegar dan penuh pendirian menghadapi rintangan dan cobaan yang di
berikan Allah SWT kepadanya. Namun, kemudian Siti Aminah pun segera bersiap –
siap untuk kembali ke Makkah dengan menaiki dua ekor unta yang dibawanya dari
Makkah menuju Madinah.
Sesampainya di suatu tempat yang
bernama Abwa`, ibu nabi menderita sakit dan kemudian meninggal dunia sehingga
jenazah Ibunda nabi pun harus di kuburkan di situ juga yakni di kampung Abwa`.
Maka, lengkap sudahlah penderitaan nabi Muhammad SAW yang baru saja kehilangan
orang yang amat beliau cintai yaitu Ibundanya sendiri yang dimana telah
melahirkan dan membesarkan beliau dengan penuh suka maupun duka. Dan kini nabi
Muhammad menjadi anak yang yatim dan piatu sehingga dengan rasa amat sedih nabi
pun di bawa oleh pengasuhnya Ummu Aiman untuk kembali menuju Makkah bertemu
dengan Kakeknya ( Abdul Muthalib ).
“Bukankah Dia mendapatimu seorang yatim, lalu
Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seseorang yang bingung lalu Dia
memberikan petunjuk” ( Ad-Dhuha, 93: 6-7 )
Perjalanan
Nabi Mencari Jati Diri
Selepas rasa duka di dada yang hanyut dalam alunan melodi hati nabi
Muhammad SAW dengan di tinggal kedua orang tuanya dan kemudian di susul oleh
kakeknya ( Abdul Muthalib ) yang wafat ketika nabi Muhammad berusia 8 tahun
yang mengakibatkan bani Hasyim merasa kehilangan orang yang selama ini
mempunyai wibawa dan keteguhan hati yang suci dengan pandangannya yang membuat
bangsa Arab hormat kepadanya karena beliau merupakan orang yang sangat
berpengaruh dalam kalangan bangsa Arab pada umumnya. Dan beliau ( Abdul
Muthalib ) dikenal sebagai orang yang selalu menyediakan makanan dan minuman
kepada para tamu yang berziarah dan suka membantu penduk makkah yang mengalami
kesusahan.
Sepeninggalan Abdul Muthalib, Muhammad kemudian tinggal bersama Abu
Thalib yang merupakan paman nabi Muhammad dan sekaligus menjaga amanah dari
Saudaranya yakni orang tua dari nabi dan juga amanah dari bapaknya yang
merupakan kakek nabi Muhammad SAW. Walaupun dari segi ekonomi Abu Thalib kurang
mampu dibandingkan dengan saudara – saudaranya yang lain akan tetapi dari aspek
dalam dirinya, beliau mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat
dikalangan Quraisy. Abu Thalib sangat menyayangi nabi Muhammad sama seperti
kasih sayangnya terhadap anak – anaknya sendiri dikarenakan Muhammad mempunyai
budi pekerti yang mulia sehingga orang nyaman berada di dekatnya.
Pada suatu hari, ketika mereka hendak berkunjung ke negri syam untuk
pergi berdagang sewaktu nabi berusia 12 tahun. Dalam perjalanan mereka menuju
negri syam, sampailah mereka di sebuah tempat yang berdekatan dengan kemah
seorang pendeta Nasrani yang bernama Bahira. Kemudian pada waktu itu, mereka
bertemu dengan pendeta tersebut yang dimana pendeta tersebut mempunyai keahlian
dapat melihat tanda – tanda kenabian dalam diri nabi Muhammad. Pendeta itu
sejenak memperhatikan dan mengamati nabi Muhammad seraya berkata “bahwa
terdapat tanda – tanda kenabian
dalam diri Muhammad sesuai dengan apa yang telah termaktub dalam kitab sucinya.
Maka, pendeta itupun menasehati Abu Thalib supaya tidak pergi jauh ke negri
Syam karena di khawatirkan orang – orang Yahudi akan menyakiti Muhammad
sekiranya di ketahui tanda – tanda tersebut. Abu Thalib pun mengikuti nasehat
yang di berikan pendeta tersebut kepadanya dan bersegera kembali ke Makkah.
Dalam kesehariannya pun nabi Muhammad mempunyai kerja sampingan dengan
menggembala kambing milik keluarganya sendiri, maupun kambing milik penduduk
Makkah yang di percayakan kepada beliau untuk di rawat dan di jaga sedemikian
rupa, hingga nabi mendapatkan gelar Al – Amin ( dapat dipercaya ) dari kalangan
masyarakat makkah kala itu. pekerjaan menggembala kambing itu pun mempunyai
nilai positif untuk diri nabi. Karena dalam menggembala kambing memerlukan
keuletan, kesabaran, ketenangan, dan ketrampilan dalam tindakan yang dimana
dalam menggembala kambing pun dapat belajar mengamati dan mengawasi agar para
kambing dapat terkendali dan terpimpin, jangan sampai ada yang hilang atau
terpisah dari kelompoknya, dan jangan sampai ada yang terpelosok dari hal – hal
lain yang dapat membahayakan hewan gembalaannya tersebut.
Dan seperti biasalah, ada sedemikian orang yang yang tidak setuju
dengan pernyataan nabi yang di beri gelar Al – Amin oleh masyarakat Makkah. Orientalis Barat
mengemukakan pendapatnya bahwa gelar Al – Amin itu diambil dari nama Ibunya
Aminah yang dimana apabila di uraikan lebih lanjut pemahaman tersebut tidak
mendasar dikarenakan memberi nama gelar berdasarkan nama ibu itu merupakan hal
yang tidak lazim dalam bangsa Arab. Yang seakan – akan mereka hendak menjelek –
jelekkan nabi Muhammad SAW.
Pernyataan ini pun di bantah oleh kaum Orientalis lainnya antara lain
oleh Monseur Sedillo dan William Muir. Mereka mengatakan, bahwasannya nabi
Muhammad di berikan gelar Al – Amin itu, karena Akhlaq beliau yang terpuji
sehingga mereka ( masyarakat ) menggelarinya dengan Al – Amin yang dalam bahasa mereka
disebut dengan “Faithful”.[5]
Lambat laun Muhammad beranjak dewasa dengan segala daya dan upaya yang
dia miliki, kini menjadikan beliau seorang yang mempunyai jati diri yang arif
dan terpuji di kalangan bangsa Arab pada umumnya dan nabi pun sudah mulai
berusaha untuk mandiri dalam kehidupannya. Hanya saja, Abu Thalib tak segan –
segan mencarikan lapangan kerja untuk ponakannya agar hidupnya lebih baik. Dan pada
saat itulah timbul berita bahwa Siti Khadijah, seorang saudagar yang kaya raya
hendak mengirimkan barang dagangannya ke Syria. Tanpa berpikir panjang Abu
Thalib pun meminta Muhammad untuk mencoba membawakan dagangannya ke Syiria yang
ketika itu beliau telah berumur 25 tahun. Muhammad setuju, dan Abu Thalib
langsung bertemu Khadijah dan menyampaikan maksud kedatangannya untuk meminta
Khadijah menerima Muhammad sebagai salah seorang yang membawakan barang
dagangannya ke Syiria. Dengan permintaan upah 4 ekor unta itulah dikabulkan
oleh Khadijah. Bahkan, dia mengatakan seandainya permintaan Abu Thalib itu
untuk orang lain akan dipenuhinya juga apalagi permintaan itu untuk anak
saudaranya sendiri yang pada saat itu sudah di kenal oleh kalangan masyarakat Quraisy
sebagai orang yang di percaya dan memiliki sifat yang mulia di mata masyarakat.
Dengan di dampingi Maisarah yang merupakan pelayan dari Khadijah,
Muhammad berangkat dari Makkah menuju Syiria yang sebelumnya pernah beliau
lakukan oleh pamannya ketika berusia 12 tahun dan sekarang beliau melakukannya
lagi ketika umur 25 tahun yang merupakan usia produktif tuk mencapai kedewasaan
hanya saja yang membedakannya adalah beliau berangkat ke Syria tidak di temani
oleh pamannya melainkan oleh pelayan yang di tugaskan Khadijah untuk menemani
beliau selama berada di Syria. Sesampainya di Syria beliau melakukan
perdagangannya dengan menjual barang – barang yang telah di bawanya dari Makkah
menuju Syria dengan sigapnya barang dagangan beliau pun habis dan laku terjual sehingga selesai lah misi dagang beliau di
Syria dan langsung bertolak kembali menuju Makkah dengan memperoleh keuntungan
dan laba yang sangat besar.
Sesampainya nabi dan Maisarah di Makkah mereka langsung menuju ke rumah
Khadijah dan menyerahkan apa yang telah menjadi tugas mereka beserta
keungtungan yang di peroleh dari hasil berdagang di Syria tanpa memungut
sepeser pun dari hasil dagangan tersebut. Kejujuran dan keluhuran serta sikap
yang arif dan terpuji mengantarkan beliau menuju kesuksesan dengan disertai
rasa kekaguman Khadijah terhadap Muhammad yang menilainya sebagai suatu pribadi
yang terpuji, tutur kata dan sikap serta perangai yang amat membuat Khadijah
jatuh cinta kepada beliau. Dan pada waktu itu, Khadijah mengutus pelayan
perempuan yakni Nafisa untuk menyampaikan apa yang di rasakan Khadijah kepada
Muhammad yang kemudian berujung kepada pelaminan. Yang pada saat itu, Muhammad berumur 25 tahun
sedangkan Khadijah 40 tahun sungguh merupakan jarak yang sangat jauh dan
berbanding terbalik. Hanya saja, cinta tak dapat di tepis lagi dan cinta bisa
melupakan segalanya sehingga umur pun tak dapat menjadikan penghalang akan
kekuatan cinta mereka.
Setelah lama berumah tangga sekitar 10 tahun lamanya dan nabi pun telah
berusia 35 th lima tahun sebelum kenabian ada suatu peristiwa yang melanda kota
Makkah yaitu banjir besar yang menyebabkan rusaknya Kakbah yang merupakan
batullah tersebut. peristiwa tersebut membuat
orang-orang Quraisy sepakat untuk memperbaiki Kakbah dan yang menjadi arsitek pada masa itu adalah
Baqum dengan keahliannya mendesign ulang ka’bah dan merupakan seorang
berkebangsaan Romawi.
Ketika pembangunan sudah sampai di bagian Hajar Aswad mereka saling berselisih tentang siapa yang meletakkan hajar Aswad ditempat semula dan perselisihan ini sampai 5 hari tanpa ada keputusan dan bahkan hampir terjadi peretumpahan darah. Akhirnya Abu Umayah menawarkan jalan keluar siapa yang pertama kali masuk lewat pintu Masjid itulah orang yang memimpin peletakan Hajar Aswad. Semua pada sepakat dengan cara ini. Allah SWT menghendaki ternyata yang pertama kali masuk pintu masjid adalah Rasulullah SAW sehingga yang berhak meletakkan Hajar Aswad adalah baginda Rasulullah SAW sehingga habis sudah perdebatan yang mereka lakukan.
Orang-orang Quraisy berkumpul untuk meletakkan Hajar Aswad . Rasulullah meminta sehelai selendang dan pemuka-pemuka kabilah supaya memegang ujung-ujung selendang lalu mengangkatnya bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya Nabi mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya ke tempat yang sebagaimana mestinya dan persis seperti semula sebelum ka`bah rusak.[6]
Ketika pembangunan sudah sampai di bagian Hajar Aswad mereka saling berselisih tentang siapa yang meletakkan hajar Aswad ditempat semula dan perselisihan ini sampai 5 hari tanpa ada keputusan dan bahkan hampir terjadi peretumpahan darah. Akhirnya Abu Umayah menawarkan jalan keluar siapa yang pertama kali masuk lewat pintu Masjid itulah orang yang memimpin peletakan Hajar Aswad. Semua pada sepakat dengan cara ini. Allah SWT menghendaki ternyata yang pertama kali masuk pintu masjid adalah Rasulullah SAW sehingga yang berhak meletakkan Hajar Aswad adalah baginda Rasulullah SAW sehingga habis sudah perdebatan yang mereka lakukan.
Orang-orang Quraisy berkumpul untuk meletakkan Hajar Aswad . Rasulullah meminta sehelai selendang dan pemuka-pemuka kabilah supaya memegang ujung-ujung selendang lalu mengangkatnya bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya Nabi mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya ke tempat yang sebagaimana mestinya dan persis seperti semula sebelum ka`bah rusak.[6]
Periode Makkah dan Kenabian Muhammad SAW
Dalam menyebarkan ajaran Agama Islam, kota Makkah merupakan kota
pertama di sebarkannya ajaran Agama Islam yang dimana bisa kita sebut dengan
kota kelahiran Islam. Beserta dengan lahirnya nabi akhir zaman sebagai pewaris
terakhir kenabian dan ke rasulan di muka bumi ini. 13 tahun sudah Rasulullah
berdakwah di kota Makkah yang dimana beliau mendapat perintah berdakwah dari
Allah SWT ketika bersemayam di gua Hira yang terletak di bukit Jabal Nur.
Rasulullah menempuh perjalanan menuju Jabal Nur sekitar dua sampai tiga mil di
sebelah utara kota Makkah hanya untuk merenungkan tentang penciptaan alam
semesta ini pra kenabian Rasulullah SAW.
Menjelang usianya yang ke-40 tahun beliau selalu berkhalwat di gua Hira, sebuah tempat yang terletak beberapa kilometer dari kota Makkah yang dimana beliau berusaha menenangkan jiwanya dengan cara bertafakur kepada Allah SWT dikarnakan beliau tidak tahan akan kondisi dan situasi masyarakat Arab kota Makkah kala itu. sehingga beliau berusaha menenangkan diri dengan cara berkhalwat di gua Hira sampai pada saatnya Malaikat Jibril mendatangi Muhammad atas perintah Allah SWT dan menyuruh nabi Muhammad mengikuti apa yang Jibril ucapkan. Dan kemudian setelah peristiwa itu turunlah 5 ayat yang terdapat dalam surat Al – Alaq dimana dikatakan di dalamnya menyuruh kita untuk dapat membaca dikarnakan dengan membaca kita dapat mengetahui segala hal yang belum pernah kita ketahui.
Setelah mendapat wahyu yang
diturunkan Allah SWT melalui malaikat Jibril yang kemudian di sampaikan kepada
nabi Muhammad SAW yang dimana dengan datangnya wahyu tersebut maka resmilah
Muhammad sebagai nabi dan rasul Allah. Setelah mendapatkan wahyu pertama dari
Allah SWT, nabi Muhammad pun memulai dakwahnya baik secara diam – diam dimulai
dari kalangan keluarganya sendiri maupun secara terang – terangan kepada umat
manusia.
Dakwah Rasulullah SAW
Ada dua komponen yang
menyebabkan dakwah Rasulullah di kalangan umat manusia sendiri pastilah
mempunyai respon dan tanggapan baik itu negatif maupun positif. Yang kemudian
tercermin dalam kehidupan masyarakat kala itu. rasulullah memulai dakwahnya
dengan cara diam – diam yang di mulai pada tanggal 17 Ramadhan bertepatan
dengan 6 Agustus 610 Masehi. Sebagaimana tanggal tersebut merupakan pelantikan
beliau menjadi Rasul Allah dan sekaligus menjadi Kepala Negara pada masa itu
yang dimana langkah pertama beliau melakukan persiapan dalam bidang mental dan
moral ( rohani dan akhlak ) dimana beliau mengajak manusia untuk :
1. Mengesakan Allah SWT
2. Mensucikan serta Membersihkan Jiwa dan Hati
3. Menguatkan Barisan
4. Meleburkan Kepentingan diri Pribadi ke dalam
Kepentingan Jama`ah
pada mulanya nabi mendakwahkan ajaran agama
Islam secara diam – diam di mulai dari keluarga dan para sahabatnya yang dipercayai
beliau sehingga mereka dapat beriman kepada Allah SWT serta sekaligus menjadi
orang pilihan yang kemudian menjadi kader – kader utama dalam menyebarkan
ajaran Islam.
Setelah
lebih dari dua tahun lamanya Rasulullah mendakwahkan ajaran Agama Islam. kini
tibalah saat – saat di mana perasaan beliau sama seperti ketika menerima wahyu
pertama dan dengan rasa Khawatir menunggu akan datangnya wahyu kedua yang telah
lama beliau nantikan di gua Hira yang merupakan tempat merenung beliau dalam
memikirkan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Sampai pada saatnya
nabi menerima wahyu kedua yang tercantum dalam surat Al – Muddatstsir ayat 1 – 7 maka, terbuktilah bahwa beliau
harus menyebarkan ajara Agama Islam yang telah di wahyukan melalui perantara
malaikat Jibril dengan cara diam – diam sampai 3 tahun lamanya barulah muncul
ayat yang memerintahkan agar beliau melakukan dakwah secara terang – terangan
yang telah tercantum dalam surat As – Syuara ayat 214 dengan surat Al – Hujrat
ayat 94 yang menyuruh beliau untuk mendakwahkan ajaran Agama Islam secara
terang – terangan di kalangan manusia seluruhnya.
Ayat
tersebut mengandung perintah untuk berdakwah secara terang – terangan ternyata
mengakibatkan bentrok dengan kaum kafir Quraisy yang mengakibatkan umat muslim
harus berperang melawan kaum kafir Quraisy pada kala itu.[7]
Ada
beberapa faktor penolakan kaum kafir Quraisy terhadap ajaran Agama Islam :
1. Persaingan Berebut Kekuasaan, yang dimana
melibatkan seluruh kabilah – kabilah besar Quraisy dalam memperebutkan
kekuasaan.
2. Persamaan Hak dan Derajat Manusia, Orang – Orang
Quraisy memandang bahwa golongannya paling mulia dibandingkan golongan bangsa
Arab lainnya. Padahal dalam Islam mengajarkan untuk saling menyetarakan antara
derajat manusia. Di karnakan manusia semua pada asalnya sama dan yang
membedakan manusia dengan manusia lainnya adalah ke taqwaannya terhadap Allah
SWT.
3. Mengikuti nenek moyang ( Taklid ), orang – orang
Arab masih memegang teguh ajaran nenek moyang mereka yang membangkan dari
ajaran Agama Islam sehingga apa yang di sampaikan nabi Muhammad berdasarkan
ajarannya di tolak oleh mereka di karnakan tidak sesuai dengan ajaran yang
mereka terima dari nenek Moyangnya.
4. Kekhawatiran untuk Dibangkitkan, Islam mengajarkan
bahwasannya manusia akan di bangkitkan dari kuburnya dan di mintai pertanggung
jawaban atas amalan apa yang telah mereka perbuat di dunia. Dan orang yang
berbuat kebaikan akan menerima balasan Syurga sedangkan orang yang berbuat
keburukan akan menerima balasan Neraka. Hal ini senantiasa membutakan mata dan
fikiran orang – orang Quraisy untuk menolak ajakan ajaran Agama Islam yang di
bawa Muhammad kala itu.
5. Kerugian Materi, sebagian besar masyarakat Arab
mencari Rezeki dengan cara membuat patung – patung yang mereka anggap sebagai
penguasa alam semesta ini. Dengan kedatangan ajaran Agama Islam, melarang untuk
menyembah patung – petung yang telah di buat oleh pemahat seakan menjadi
fikiran yang negatif bagi masyarakat Arab kala itu. mereka beranggapan bahwasannya
Rasulullah SAW melarang umatnya untuk menyembah berhala ( patung ) berarti sama
saja menghalangi seseorang untuk meraih Rezeki yang mereka dapatkan dari hasil
penjualan patung tersebut. Hal ini yang menyebabkan sebagian bangsa Arab
menolak ajakan Rasulullah SAW.
Kemudian kegiatan
mendakwah beliau tak henti – hentinya di lakukan dengan berhijrah ke Habsyah,
dan memboikot bani Hasyim dan bani Abdul Mutahalib serta pengusiran dari Thaif
telah beliau alami dengan tabah dan sabar menerima ejekan dan cemoohan bahkan
ancaman yang tak sampai membuat nabi meninggal dalam perjalanan dakwahnya.
Kemudian nabi Muhammad
melakukan perjalanan dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa dalam satu malam
untuk menerima perintah Shalat dari Allah SWT seakan mendapat tinjuan keras
dari kalangan masyarakat Quraisy yang tidak membenarkan Hal itu terjadi sampai
pada saatnya seorang sahabat yang sangat berpengaruh dalam masyarakat Quraisy
membenarkan beliau dalam perjalanannya yang di sebut dengan Isra` Mi`raj beliau
tak lain adalah saudagar yang kaya raya yakni Abu Bakar Ash – Shiddiq R.A yang
di mana gelar Ash – Shiddiq beliau di berikan ketika membenarkan pernyataan
nabi tentang kebenaran Muhammad dalam peristiwa Isra` Mi`raj
Periode
Madinah
Melihat
kondisi masyarakat Makkah sudah mulai parah akan penderitaan dan rasa ke tidak
berprikemanusiaan pun terus di berikan kepada nabi Muhammad SAW sehingga
menyebabkan beliau mengalami kesengsaraan lahir dan bathin yang menyebabkan
beliau harus berhijrah ke kota Yatsrib yang sekarang kita ketahui sebagai kota
Madinah.
Rencana
Rasulullah SAW untuk berhijrah ke Makkah tercium dan di ketahui oleh kaum
Quraisy. Maka pada saat itulah Abu Jahal mengadakan musyawarah dengan seluruh
kaum Quraisy untuk bersama – sama menghentikan dakwah Muhammad ke Yatsrib
dengan cara mengepung Muhammad pada malam hari ketika semua orang telah
tertidur nyenyak. Akan tetapi, rencana ini gagal dikarnakan pada saat itu, Ali
bin Abi Thalib menggantikan posisi tidur Rasulullah sementara Rasulullah SAW
beserta para pengikutnya pergi berhijrah dengan selamat menuju Yatsrib.
Dalam
meloloskan diri dari kepungan kaum Quraisy, Rasulullah SAW mempunyai tiga
taktik jitu dalam proses untuk sampai ke kota Yatsrib :
1. Beliau mengerahkan para pengikutnya menuju arah selatan
di karnakan beliau mempunyai firasat bahwasannya kaum Quraisy akan mengejarnya
dari arah utara.
2. Beliau tidak langsung pergi ke Yatsrib, melainkan
bersembunyi beberapa malam di gua Tsaur untuk mengantisipasi pergerakan kaum
kafir Quraisy sehingga mereka merasa kelelahan mencari Muhammad dan para
pengikutnya kemudian kesel dan kembali ke Makkah dengan putus asa.
3. Beliau tidak melalui dua jalan yang akan di lewati
oleh pasukan kaum Quraisy, melainkan mencari jalan lain yang belum pernah di
lewati oleh siapa pun agar sampai ke kota Yatsrib.
Dalam perjalanan beliau
menuju Yatsrib ada dua kaum yang senantiasa menemani nabi dalam perjalanannya
dari Makkah menuju Yatsrib disebut dengan Kaum Muhajirin. Sedangkan Kaum
Muslimin Madinah yang membantu kaum Muslimin dari Makkah di namakan Kaum Anshar
yang dimana mereka siap membantu dakwah nabi Muhammad SAW walu harta dan harga
diri mereka habis di rampas oleh musuh. Mereka akan selalu mematuhi apa yang di
perintahkan Oleh nabi Muhammad SAW. Dengan keadaan demikian nabi pun membuat
masyarakat baru dan mulai membuat program mendirikan masjid, mempersaudarakan
kaum Anshar dan Muhajirin, membuat perjanjian antara kaum Muslimin dan Non –
Muslimin, Meletakkan dasar – dasar politik, ekonomi dan Sosial sehingga nabi
Muhammad berharap dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar – benarnya.
Kepindahan Rasulullah
beserta para sahabat – sahabatnya ke Madinah masih tidak terlepas dari ancaman
kaum Quraisy yang mengharuskan nabi
bersama para pengikutnya dari kalangan kaum Anshar dan Muhajirin untuk
berperang melawan kaum Quraisy yang menantang ajaran Agama Islam yang di bawa
oleh Muhammad SAW kala itu. sehingga timbullah perang Badar, perang Uhud,
perang Ahzab atau Khandaq, perang Tabuk dan perang – perang lainnya yang di mana
kemenangan telah di dominasi oleh kaum muslimin kala itu. tetapi penghianatan bani
Nadir terhadap perjanjian yang telah dibuat antara kaum muslimin dengan bani
Nadhir ( Yahudi ) pun seakan menimbulkan permasalahan yang amat besar. Bermula
dari ketidak sengajaan pembunuhan dua orang laki – laki yang menyebabkan mereka
harus membayar diyat yang dimana nabi beserta Abu Bakar, Umar dan Ali
menghubungi bani Nadhir untuk membantu meringankan beban saudaranya itu. dengan
kepolosan bani Nadhir untuk menyetujui apa yang telah disampaikan nabi dan para
sahabatnya, dengan maksud untuk membunuh nabi pun telah di ketahui nabi pada
saat itu sehingga nabi beserta para sahabatnya mengusir bani Nadhir dari
Madinah kala itu.
Perkembangan Islam Pasca Periode Makkah dan Madinah
Setelah melakukan dakwah
secara terang – terangan di dua kota yang saling terkait yakni antara Makkah
dan Madinah maka tersebar luaslah ajaran Agama Islam pada kala itu, yang dimana
penyebaran ajaran Agama Islam di bantu oleh para sahabat – sahabat beliau
yakni, Abu Bakar Ash – Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin
Abi Thalib yang merupakan kader daripada nabi Muhammad SAW dalam menyebar
luaskan ajaran Agama Islam.
Pada umumnya orang kafir
Quraisy tidak senang menerima kehadiran Agama Islam di tengah – tengah
kehidupan mereka. Maka, mulailah para tokoh – tokoh Quraisy menyebarkan Isu – Isu negatif tentang ajaran Agama
Islam. Salah satu tokoh Quraisy yang selalu menghalangi dakwah nabi adalah Abu
Lahab yang dimana namanya di abadikan dalam surat Al – Lahab sebagai bukti
pembangkangan akan ajaran yang di bawa Rasulullah SAW kepada umatnya kala itu.
bahkan, Abu Thalib pun sering mendapati ancaman atas apa yang dilakukan cucunya
tersebut. Dan karena ketidaktahanan beliau terhadap ancaman dari masyarakat
Quraisy maka, Abu Thalib membujuk nabi untuk menghentikan dakwahnya dan
kemudian permohonan Abu Thalib tidak di kabulkan nabi seraya berkata “Wahai Pamanku, Demi Allah sekiranya
matahari diletakkan di sebelah kananku, dan bulan di sebelah kiriku supaya aku
berhenti berdakwah, pasti aku tidak akan mau berhenti berdakwah, sampai Allah
memberiku kemenangan atau aku binasa dalam perjuangan”.[8]
Bujukan dan rayuan kaum
Quraisy pun tak dapat membantah semangat juang nabi Muhammad SAW sampai kepada
peperangan pertama antara umat muslim dan kaum kafir Quraisy di sumur badar (
623 M/2 H ) yang dinamakan perang Badar dan kemudian berlanjut kepada perang
Uhud ( 624 M/3 H ), perang Khandak ( 626 M/5 H ), dan perang Tabuk ( 630 M/9 H
) yang dimana tidak semua peperangan itu dimenangi oleh kaum muslimin
seluruhnya.
Maka tibalah saatnya untuk
menaklukan kota Makkah dengan membawa seluruh pasukan Muslim dari Madinah tidak
terkecuali para kaum Muhajirin dan Anshar yang siap sedia membantu nabi untuk
menaklukan kota Makkah dekarnakan para kaum Quraisy melanggar perjanjian
Hudaibiyah yang isinya bahwa antara kedua belah pihak tidak akan berperang
selama 10 tahun. Hal ini di ketahui ketika bani Bakr ( Quraisy ) berperang
dengan bani Khuza`ah ( Muslimin ) dan kemudian Rasulullah mengirim 10.000
tentara muslim dan memerintahkan pasukannya untuk berkemah di dekat Makkah agar
dapat melihat gerak gerik musuh secara dekat. Kemudian berimanlah Abbas dan Abu
Sufyan kepada Allah SWT dengan menyatakan dirinya masuk Islam kepada nabi
Muhammad SAW. Dan sebelum penyerangan di mulai Rasulullah meneriakkan kepada
kaum Quraisy : “Barang siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, Dia aman. Barang
siapa yang masuk ke rumahnya sendiri – sendiri dan menutup pintu, dia aman. Dan
Barang siapa yang masuk ke masjid, dia aman. Maka, tanpa suatu pertumpahan
darah pun masyarakat makkah menyerah dan segeralah pasukan muslim yang di
pimpin oleh nabi melakukan Tawaf mengelilingi Ka`bah sampai pada akhirnya para
pemuka kaum kafir Quraisy pun memeluk Agama Islam dan kemudian meninggalkan
ajarannya bahkan mereka menjadi orang yang di segani di dalam kaum
muslimin.
Perang terakhir yang di
ikuti nabi Muhammad SAW adalah perang Tabuk yang dimana umat muslim memperoleh
kejayaan dan kemenangan dalam berperang sehingga umat muslim bergembira atas
kemenangan yang di raihnya itu dan kemudian setelah itu setaun kemudian nabi
melakukan haji wada` ( haji terakhir ) dan dalam pidato beliau yang disaksikan
oleh 100.000 kaum muslimin baik sigharus shahabat maupun khibarus Shahabah
menyaksikan pidato beliau yaan bermaksud “Wahai sekalian manusia, Tuhan kamu
adalah yang maha Esa dan kamu semua adalah keturunan Nabi Adam a.s. semulia –
mulianya manusia di antara kamu adalah mereka yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Maka dialah orang yang paling bertaqwa. Dan aku telah meninggalkan kepadamu dua
perkara yang dimana kamu berpegang teguh kepadanya, kamu tidak akan sesat
selama – lamanya yaitu berpegang teguh kepada Al – Qur`an dan As – Sunnah[9]
Wafatnya
Rasulullah SAW
Kehilangan
seorang Nabi dan Rasul merupakan sebuah pukulan yang amat besar kala itu
terhadap kaum muslimin pada umumnya yang mereka tidak percaya bahwa Muhammad
akan pergi meninggalkan umat manusia tuk selama – lamanya. Akan tetapi, Allah SWT
berkehendak lain terhadap apa yang di pandang masyarakat kala itu sehingga para
sahabat menahan tangis dan kebingungan mereka akan tiadanya Rasul Allah (
Muhammad ) di muka bumi ini.
Beliau
wafat pada bulan 8 Juni tahun 632 Masehi
atau bertepatan dengan hari senin 13 Rabi`ul Awal 11 Hijriyah dengan umur 63
tahun beliau menjadi panutan dan sekaligus telah berhasil menjalankan tugasnya
sebagai Rasul dan pemimpin Negara. Dan Rasulullah merupakan contoh terbaik bagi
umat manusia sepanjang zaman bahkan sebagai manusia yang berpengaruh di muka
bumi ini.
2. Masa Klasik
Khulafaurrasyidin
Rasulullah SAW berdakwah
selama kurang lebih 23 tahun. Yang
kemudian dilanjutkan oleh para sahabat dan dikenallah dengan sisitem khalifah
umat islam. Yang terdiri dari Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan
Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan masa Khulafaurrasyidin.
NO
|
NAMA
|
TAHUN BERKUASA
|
LAMA
|
1
2
3
4
|
Abu Bakar Ash – Shiddiq
Umar bin Khattab
Usman bin Affan
Ali bin Abi Thalib
|
11 – 13 H/632 – 634 M
13 – 32 H/634 – 644 M
23 – 35 H/644 – 655 M
35 – 40 H/655 – 661 M
|
2 tahun 3 bulan
10 tahun 6 bulan
12 tahun
4 tahun 9 bulan
|
Marilah,
kita secara bersama menyaksikan kisah dari para khulafaurrasyidin berikut ini :
A.
Abu Bakar Ash – Shiddiq
Kepergian nabi Muhammad
SAW selama – lamanya menyisakan rasa duka yang mendalam bagi sanak keluarga dan
saudara beliau serta para sahabat yang selalu menemani beliau seakan menerima
pukulan besar akan ketiadaan nabi lagi sebagai salah satu sumber hukum kala itu
yang kini membuat masyarakat makkah kebingungan dalam menentukan Hukum dan
menjadi ragu tuk berpegang teguh kepada Agama Islam.
Maka, sepeninggalan nabi
Muhammad SAW Abu Bakar Ash – Shiddiq berusaha untuk meyakinkan kaum muslimin
kala itu ketika suasana yang begitu bingung akan ketidak percayaan mereka
terhadap Muhammad yang telah meninggalkan mereka. Dan dalam kerumunan kaum
muslimin kala itu Abu Bakar mencoba menenangkan dan menghilangkan kebingungan
yang menimpa mereka yang kemudian Abu Bakar berpidato kepada mereka “Wahai
Manusia! Barangsiapa memuja Muhammad, Muhammad telah mati. Tetapi, siapa yang
memuja Tuhan, Tuhan hidup selama – lamanya, tiada mati – matinya” kemudian Abu
Bakar membacakan ayat Al-Qur`an surat Ali – Imran 144
“Muhammad itu hanyalah
seorang Rasul, telah berlalu beberapa orang rasul sebelumnya. Sekiranya
Muhammad iru mati atau di bunuh orang, apakah kamu akan kembali menjadi kafir.
Barang siapa yang kembali menjadi kafir, maka ia tidak akan mendatangkan bahaya
kepada Tuhan sedikitpun”.
Abu Bakar merupakan sahabat nabi yang pertama
masuk Islam dan dan beliau merupakan seorang pedagang yang amat luas
pergaulannya. Melalui beliaulah banyak orang yang masuk ke dalam Agama Islam.
Diantara mereka yang memeluk agama Islam melalui Abu Bakar adalah
Utsman bin Affan, Zubair bin `Awwam, Abdurrahman bin `Auf, Sa`ad bin Abi
Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Al – Arqam bin Al –
Arqam dan beberapa penduduk lain di makkah. Dan mereka inilah di sebut dengan
As - Sabiquuna Awwaluun ( orang – orang yang pertama memeluk islam).
Gelar Ash –Shiddiq pun
diberikan kepadanya dikarnakan selalu membenarkan ajaran yang di bawa
Rasulullah SAW baik ketika nabi Muhammad Isra` mi`raj sampai kepada peristiwa –
peristiwa lainnya yang membuat masyarakat makkah kebingungan menalar peristiwa
– peristiwa maha dahsyat tersebut.
Khalifah pertama umat
Islam kala itu adalah Abu Bakar yang dimana beliau terpilih secara langsung
melalui kaum muslimin yang menghendaki di pimpin oleh Abu Bakar dan ketika itu
mulailah pemba`iahan beliau menjadi khalifah pengganti Muhammad SAW kemudian
beliau berpidato kepada masyarakat muslim kala itu yang dimana pidato beliau
sangat terkenal dengan kebijaksanaannya dalam memimpin kaum muslimin “Wahai
manusia! Saya telah di angkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku
bukanlah orang yang terbaik di kalanganmu. Maka jika aku menjalankan tugasku
dengan baik, maka ikutilah aku. Tetapi, jika aku berbuat salah. Maka
betulkanlah! Orang yang aku pandang kuat, saya pandang lemah hinga aku dapat
mengambil hak daripadanya. Sedang orang yang kamu pandang lemah saya pandang
kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat
kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasulnya. Tetapi bilamana aku tidak
menaati Allah dan Rasul-Nya, kamu tak patut taat kepadaku.”[10]
Dalam memimpin, Abu Bakar
mendapat banyak persoalan – persoalan dalam hidupnya yang semakin hari semakin
bertambah dan akhirnya beliau membuat kebijakan kebijakan dalam memimpin umat
Islam kala itu.
Kebijakan Abu Bakar Ash – Shiddiq
Dalam keseharian pastilah ada permasalahan yang selalu menghantui
kehidupan kita dalam bermasyarakat dan dan bernegara. Hal ini di rasakan oleh
Khalifah Abu Bakar Ash – Shiddiq yang dimana mendapati permasalahan dalam
memberantas nabi palsu dan orang yang enggan membayar zakat. Dalam mengatasi
masalah tersebut, Abu Bakar melakukan musyawarah dengan para sahabat atas
tindakan apa yang harus dilakukan dalam memberantas permasalahan yang mereka
hadapi. Maka, terjadilah perbedaan pendapat antara sahabat kemudian dengan
tegar dan tegas Abu Bakar mengatakan akan memerangi semua golongan yang
menyimpang dari kebenaran dan menuntun mereka tuk kembali ke jalan yang benar.
Terbentuklah sebelas pasukan yang akan memberantas masalah tersebut
dengan perlahan – lahan Khalifah Abu
Bakar mengirim surat kepada mereka ( golongan yang menentang kebenaran ) yang
isinya mengajak mereka untuk kembali ke jalan yang benar dan berpegang teguh
kepada Al – Qur`an dan As – Sunnah. Akan
tetapi, surat tersebut tidak mendapat respon positif bahkan mereka menunjukkan
penentangannya terhadap kaum muslimin. Kemudian Abu Bakar membentuk sebelas
batalion yang berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan intruksi dari beliau
agar kembali ke jalan yang benar dan apabila ada yang membangkang ajakan
tersebut maka, perangilah mereka.
Sebagian mereka ada yang menerima ajakan tersebut tanpa melakukan
peperangan dan sebagian yang lain masih bersikukuh atas apa yang mereka perbuat
dan membuat Abu Bakar marah sehingga beliau mengirim Khalid bin Walid yang
merupakan komandan pasukan perang pertama untuk memerangi Thulaihah dalam
perang Buzaka. Tidak hanya itu, Khalid bin Walid pun telah berhasil memberantas
nabi palsu yang di komandani oleh musailamah al – kazzab dengan pasukannya di
pukul mundur oleh Khalid bin Walid hingga tiada satu pun yang tersisa dalam
perang Yamamah 633 Masehi.
Wafatnya Abu Bakar Ash –
Shiddiq
Setelah menjabat selama 2 tahun 3 bulan akhirnya kaum
muslimin harus kehilangan orang yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan
ajaran Islam yakni Abu Bakar Ash – Shiddiq yang meninggal pada tanggal 21 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah bertepatan
dengan tanggal 22 Agustus 634 Masehi.
B. Umar bin
Khattab
Siapa
yang tak kenal Umar bin Khattab? Beliau adalah orang yang terkenal dengan
berwatak keras, pemberani, dan tidak pernah gentar terhadap suatu apapun. Umar
bin Khattab merupakan putra dari Nufail al Quraisy dari suku bani Adi yang kala
itu di pandang sebagai suku yang mulia dan berkedudukan tingga pada zaman pra –
Islam. Beliau merupakan seorang pedagang kala itu yang di mana belum masuk
kedalam ajaran Islam sehingga masuknya ajaran Islam ke beliau itu, di dasari
pada cerita ketika suatu hari Umar keluar dengan pedang terhunus. Di tengah
jalan beliau bertemu dengan Nu`aim ibnu Abdillah yang melihat gerak – gerik
Umar yang tampak seperti orang emosi itu seraya berkata “Mau kemana, Umar?” dan
kemudian Umar menjawab “ Mau membunuh Muhammad yang telah memecah belahkan kaum
Quraisy dan mencela Agama mereka” dengan tersenyum pula Nu`aim pun mencobah
mengalihkan Umar bin Khattab untuk langsung bertemu nabi Muhammad SAW dengan
berkata “Alangkah baiknya kalau kamu kembali pulang mengurus keluargamu sendiri
dikarnakan Fatimah adikmu dan suaminya Sa`id ibnu Zaid sekarang sudah mengikuti
Muhammad”.
Dengan
geramnya mendengar pernyataan dari Nu`aim ibnu Abdillah Umar pun bergegas
menemui adiknya Fatimah yang sedang
membaca Al – Qur`an bersama
suaminya dan menampar adiknya dengan kasarnya. Maka, setelah berapa lama Umar
mendalami dan membaca Al – Qur`an tersentuhlah hati Umar dan beliau menyatakan
Islam langsung di hadapan Rasulullah SAW.
Dengan
demikian, walaupun Umar bin Khattab merupakan musuh terbesar umat islam sebelum
beliau menjadi muslim. Akan tetapi, setelah beliau menyatakan menjadi umat
muslim beliau menjadi pembela ajaran Agama Islam yang terkemukan.
Pengangkatan Umar bin Khattab menjadi Khalifah
Dalam
pergantian ke Khalifahan dari Abu Bakar Ash – Shiddiq menuju Umar bin Khattab tak ada sama sekali
perselisiahan antara kaum muslimin sehingga berjalan dengan mulus dan lancar
sebagaimana yang di harapkan kebanyakan umat Islam yang dimana hal ini di
dasari ketika Abu Bakar wafat maka calon penggantinya sudah di tetapkan yakni
Umar bin Khattab melalui musyawarah yang mufakat antara kaum muslimin dan Abu
Bakar Ash – Shiddiq serta pencalonan beliau agar Umar lah yang menggantikannya
sebagai Khalifah kedua Khulafaurrasyidin pada masa itu.
Sehingga
setelah Abu Bakar wafat, Umar lah yang menggantikan beliau menjadi Khalifah
untuk meneruskan perjuangan penyebarluasan Agama Islam hingga ke pelosok –
pelosok muka bumi dan dapat menguasai daerah – daerah yang selama ini belum
dapat di kuasai oleh kaum muslimin seluruhnya.
Kebijakan Khalifah Umar bin Khattab
Dalam
periode pemerintahan Umar bin Khattab, tidak banyak pertentangan dan
perselisihan antara kaum kafir Quraisy dengan kaum muslimin dalam artian pada
masa beliau disebut sebagai masa yang cukup makmur, aman, dan damai. Sehingga
dengan keadaan yang efisien tersebut, maka Khalifah Umar bin Khattab
memanfaatkan keadaan tersebut untuk membuat kebijakan berupa membangun suatu
sistem pemerintahan negara.
Ada dua
kebijakan yang dilakukan Umar bin Khattab :
1.
Membuat
kebijakan Internal, yang di dalamnya membentuk departement – departement yang
menangani masalah – masalah sosial dan sebagainya
2.
Membuat
kebijakan Eksternal, yang di dalamnya mengatur tentang penyebar luasan ajaran
Agama Islam keluar dari Jazirah Arabia
Maka,
dengan dua kebijakan diatas dapat membuat ajaran Agama Islam menjadi lebih
tertib lagi dalam menjalankan roda pemerintahan sehingga tidak terdapat lagi
perebutan kekuasaan agar menjadikan ajaran Agama Islam berkembang pesat
sebagaimana yang telah di cita – citakan nabi Muhammad SAW.
Peda
masa pemerintahan Umar bin Khattab juga telah menerapkan sistem pembayaran gaji
dan pajak tanah dengan cara membagi masyarakat menjadi dua bagian :
1.
Masyarakat
Muslim dikenakan kewajiban mereka membayar zakat
2.
Masyarakat
Non Muslim ( ahl – al dzimmi ) dikenakan jizyah ( pajak perorangan ) dan
kharraj ( pajak tanah )
Dan
dalam masalah hukum pun Khalifah Umar bin Khattab menerapkan bahwa kalau yang
melanggar adalah umat Islam maka harus di kenakan sanksi hukum menggunakan
hukum Islam. Sedangkan, kalau yang melanggar hukum orang Non Islam maka, mereka
patut di hukum dengan ketentuan adat Istiadat ajaran Agama mereka masing –
masing. Sehingga semua dapat merata dan di beri kebebasan dalam menentukan
pilihannya untuk ber-Agama. Dan pada
saat pemerintahan Umar bin Khattab lah terbentuk lembaga keuangan negara yang di beri nama Baitul Mal.
Wafatnya Umar bin Khattab
Di waktu ketika Umar bin Khattab melakukan ibadah Shalat, seorang
persia yang bernama Abu Lu`luah berhasil menyusup kedalam masjid dengan membawa
golok yang bermaksud untuk menikam Umar ketika sedang shalat dengan beberapa
kali tikaman sehingga Umar memekik kesakitan dan kaum muslimin pun berhenti
melaksanakan sembahyang yang kemudian berusaha menangkap Abu Lu`luah. Hanya
saja, dalam menangkapnya Abu lu`luah melawan dengan sekuat tenaga sampai ada
kaum muslimin yang mati kena tikaman dan ada pula yang luka – luka. Setelah Abu
Lu`luah di tangkap dia pun mengambil goloknya dan menancapkannya pada dirinya
sehingga dia tewas di tikam goloknya sendiri.
Beberapa hari telah berlalu yang kemudian datanglah berita duka akan
kepergian Umar bin Khattab dari muka bumi untuk menghadap sang pencipta
menyusul dua rekannya yakni nabi Muhammad SAW dan Khalifah Abu Bakar Ash –
Shiddiq.
C. Usman bin
Affan
Nama lengkap beliau adalah Usman ibnu Abil Ash Ibnu
Umaiyah, yang di mana beliau lahir ketika nabi berusia 5 tahun. Dan orang yang
mengIslamkan beliau adalah Khalifah Abu Bakar Ash – Shiddiq yang kala itu
membujuk dan merayu Usman tuk dapat memeluk ajaran Agama Islam tanpa ada
paksaan sedikitpun dikarnakan Allah SWT telah membebaskan kepada umatnya untuk
beragama menurut kepercayaannya masing – masing dan ingat! Dari sekian banyak
golongan Agama di Muka bumi ini hanya satulah yang akan masuk kedalam syurganya
Allah SWT dengan cara berpegang teguh kepada Al – Qur`an dan As – Sunnah serta
mengerjakan apa yang di perintahkan Allah dan Rasulnya dan menjauhi apa yang di
larang-Nya.
Usman bin Affan sebelum menjadi Islam beliau adalah
orang yang termasuk saudagar besar dan kaya rasa pada zamannya. Dan terkenal
sebagai orang yang pemurah dalam menyumbangkan hartanya demi kepentingan Agama
Islam. Istri dari Usman bin Affan merupakan anak dari Rasulullah SAW yakni
Ruqaiyah sehingga hubungan beliau dengan nabi Muhammad sangatlah erat cakupan
kekeluargaannya dan ketika itu Ruqaiyah telah meninggal dalam peristiwa perang
Badar. Yang kemudian setelah itu, Usman menikah kembali dengan putri Rasulullah
SAW yang bernama Ummu Kultsum sehingga beliau di juluki sebagai “Dzun Nurain” (
yang mempunyai dua cahaya ) dan Usman merupakan sahabat yang di beri kabar
gembira bahwa dia akan masuk syurga. Hal ini, di perkuat oleh sabda nabi
Muhammad SAW “Tiap – tiap nabi mempunyai teman dan temanku di Syurga adalah
Usman.
Pengangkatan Usman bin Affan
menjadi Khalifah
Setelah wafatnya seorang yang terkenal dengan
ketegasan dan tidak mempunyai rasa takut sama sekali terhadap manusia manapu,
beliau adalah Umar bin Khattab yang kala itu menjabat sebagai khalifah kedua
setelah Abu Bakar Ash – Shiddiq dan kini setelah kepergian Umar maka Usman lah
yang menggantikan Umar atas usulan kaum Muslimin yang dimana usulan itu di
berikan kepada Umar pra – beliau Wafat, dan kemudian Umar mengambil jalan
tengah dengan memilih 6 sahabat terbaik Rasulullah SAW diantaranya : Usman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa`ad bin
Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf.
Pasca Umar meninggal dunia, maka keenam sahabat
berunding untuk menentukan siapakah yang tepat tuk menjadi Khalifah pengganti
Umar bin Khattab dikarnakan oleh tuntutan kaum muslimin agar cepat menemukan
Khalifah pengganti umar bin Khattab. Maka, setelah mengalami perundingan yang
cukup sengit dan Abdurrahman bin Auf pun telah melakukan musyawarah dengan
lapisan kaum muslimin sehingga terpilihlah dua kandidat yakni Usman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib. Sehubungan dengan terpilihnya dua kandidat, dan setelah
mengalami perkembangan selanjutnya paka pilihan itu jatuh kepada Usman bin
Affan dikarnakan beliau lebih tua dari Ali bin Abi Thalib . ada dua faktor yang
mendasari penyerahan khalifah kepada Usman :
1.
Lebih besar
kemungkinan untuk menarik kembali jabatan khalifah nanti dari bani Umaiyah
daripada bani hasyim
2.
Sebagian
besar kaum Muslimin tak ingin menyerahkan jabatan kepada Ali bin Abi Thalib
dikarnakan pendapat mereka bahwa Ali akan melanjutkan pola pemerintahan Umar
yang radikal, keras dan disiplin di bandingkan Usman bin Affan yang di pandang
lunak, pemurah dan toleran dalam memimpin[11]
Dari
perbandingan di atas, maka terpilihlah Usman bin Affan sebagai Khalifah ketiga
setelah Umar bin Khattab yang pada saat itu, umur beliau mencapai 70 tahun.
Kebijakan Khalifah Usman bin Affan
Masa
kepemimpinan Usman bin Affan berlangsung selama 12 tahun dan telah banyak
menimbulkan permasalahan dan rintangan yang di hadapi beliau selama masa
pemerintahannya itu. di mulai dari penyeragaman dialek dan pembentukan Al –
Qur`an menjadi Mushaf pun telah di lakukan di zaman Usman bin Affan. Prosesi
pemerintahan sudah nampak jelas ketika periode Usman bin Affan dengan
terpilihnya Marwan bin Al – Hakam sebagai sekertaris Negara dan Al – Walid bin
Uqbah sebagai gubernur Kuffah, dan Abdullah bin Sa`ad sebagai Gubernur Mesir.
Yang dimana semua pemimpin yang di pilih beliau berasal dari kalangan
keluarganya sendiri sehingga beliau mendapati protesisasi dari masyarakat
Kuffah akan kebijakan yang di kendalikannya tersebut. Di karnakan terjadi
krisis kepercayaan dan konflik pada masa Usman bin Affan yang dimana beliau
mengeluarkan kebijakan adalam pembagian Tanah rampasan perang yang pada zaman
Umar menjadikan tanah tersebut sebagai milik negara. Tetapi, dalam kepemimpinan
Usman bin Affan, Tanah rampasan perang itu di bagikan dengan tujuan supaya
tanah tersebut dapat produktif akan tetapi dikarnakan krisis kepercayaan dan
konflik tersebut timbullah gejolak penolakan kebijakan yang telah di tetapkan
Usman bin Affan.
Meskepun
demikian, Usman bin Affan telah mencurahkan begitu banyak kontribusi terhadap
kaum muslimin yang diantaranya adalah membangun angkatan laut sehingga pasukan
Islam dapat menyebarkan ajarannya ke luar Jazirah Arab kemudian beliau juga
membangun serta memperbaiki masjid Nabawi, jalan, jembatan serta bendungan pada
masa itu.
Wafatnya Usman bin Affan
Terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan dikarnakan
pemberontakan masyarakat yang menerobos rumah Khalifah dan menyerang Usman yang
sedang membaca Al – Qur`an dan terbunuhlah Usman kala itu ( 12 Dzulhijjah 35
H/1655 M ). sedangkan istrinya berusaha mencegah para pemberontak, akan tetapi
apa daya seorang wanita yang melawan begitu banyak pemberontak yang telah
menewaskan suaminya itu dan di karnakan pemberontakan itu, banyak kaum muslimin
yang tewas terbunuh oleh para pemberontak.
D. Ali bin Abi
Thalib
Dimasa
kecil, Ali bin Abi Thalib sudah biasa terdidik dan di asuh di rumah tangga nabi
yang dimana beliau dilahirkan 10 tahun sebelum nabi di utus menjadi Rasul
ayahanda beliau adalah Abu Thalib bin Abdul Muthalib yang merupakan paman dari
Rasulullah SAW dan ibundanya adalah Fatimah binti Asad sebelum Islam muncul
keluarga bani Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia, penuh kasih sayang,
dan pemegang kepemimpinan masyarakat.
Sejak
kecil Ali bin Abi Thalib telah di kenal sebagai orang yang cerdas dan pemberani.
Yang dimana dengan sifatnya yang pemberani itu, di buktikan ketika beliau
menggantikan posisi nabi di tempat tidur ketika nabi Muhammad SAW akan hijrah.
Yang dimana kala itu rumah nabi Muhammad telah di kepung oleh kaum kafir
Quraisy dan tidak sedikitpun Ali bin Abi Thalib merasa takut menghadapi kaum
kafir Quraisy.
Dengan
beranjak dewasanya Ali bin Abi Thalib, beliau kemudian menikahi anak dari nabi
Muhammad yaitu Fatimah Az – Zahra dan kemudian di karuniai 4 anak yang
sekaligus menjadi cucu dari nabi Muhammad SAW diantara anak – anak Ali bin Abi
Thalib dan putri nabi Fatimah Az – Zahra adalah Hasan, Husein, Zainab, Ummu
Kultsum.
Dan
dengan keberanianya pula Ali bin Abi Thalib memberikan kontribusi yang sangat
dahsyat dalam menumpas kaum kafir Quraisy dalam peperangan – peperangan yang
selalu menanti beliau di depan mata, dimulai dari perang badar, Uhud bahkan
perang – perang lainnya telah beliau ikuti yang kemudian ini menjadi pembuktian
bahwa Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemberani yang selalu membantu
Rasulullah SAW dalam hal apapun
Pengangkatan Ali bin Abi Thalib Menjadi Khalifah
Setelah
Usman bin Affan wafat, masyarakat secara beramai – ramai membaiat Ali bin Abi
Thalib sebagai Khalifah yang kemudian menimbulkan banyak persoalan – persoalan
tentang kebijakan yang di keluarkan Aali bin Abi Thalib, yang pada mulanya
sebelum pemba`iahan Ali bani Umaiyah sudah merasakan hal tersebut. Maka
demikaianlah proses pembai`ahan Ali yang dimana tidak berjalan mulus seperti
proses pemba`iahan para Khalifah – Khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib.
Kebijakan Ali bin Abi Thalib
Sebagai
Khalifah ke empat setelah Usman bi Affan beliau meneruskan kebijakan yang
pernah di buat pada masa Abu Bakar Ash – Shiddiq dan pada masa Umar bin Khattab
yaitu dengan menonaktifkan para gubernur yang telah di angkat oleh Usman yang
dimana beliau berpandangan bahawa banyaknya pemberontakan berasal dari kalangan
pemimpin – pemimpin yang di pilih dari kalangan sanak keluarga Usman bin Affan.
Kemudian Ali bin Abi Thalib menerapkan prinsip – prinsip baitul mal dan memutuskan untuk mengembalikan tanah –
tanah yang telah di ambil oleh bani umayah kepada perbendaharaan Negara. Dan
menarik semua pemberian dan hibah yang telah di berikan Khalifah Usman bin
Affan kepada bani Umaiyah.
Setelah
gubernur di nonaktifkan atau dengan kata lain mengganti gubernur – gubernur
yang di pilih oleh Usman bin Affan dan tidak di sukai oleh masyarakat dengan
gubernur atau pemerintah yang lainnya. Diamana Ali meminta Gubernur Kufah ( Al
– Walid bin Uqbah ) untuk mundur dari jabatannya. Dan meletakkan Muawiyah
sebagai Gubuernur Syiria. Permintaan tersebut pun di tolak dan menimbulkan
konflik antara Khalifah Ali dengan pejabat gubernur kala itu. dan berujung pada
peperangan Shiffin ( 38 H/657 M ).
Perang
pun berlanjut yang dimana dalam peperangan tersebut malah melemahkan kekuatan
Khalifah Ali dan memperkuat posisi Muawiyah. Dan kemudian terpecahlah pasukan
Ali bin Abi Thalib menjadi 2 bagian yakni : bagian pertama merupakan kelompok
atau firqah yang mendukung Ali dan setia kepadanya yang di beri nama kelompok
Syiah sdangkan kelompok yang membangkang dari Ali bin Abi Thalib di sebut
kelompok Khawarij. Yang dimana mereka keluar dari Ali dikarnakan ketidak
sepakat mereka dengan keputusan Ali yang menerima arbitrase ( tahkim ).
Wafatnya Ali bin Abi Thalib
Pada
tanggal 20 Ramadhan 40 H ( 660 M ) Ali bin Abi Thalib terbunuh oleh Abdurrahman
bin Muljan yang merupakan orang suruhan dari kelompok Khawarij yang dimana dari
Firqah tersebut membuat perencanaan pembunuhan di tiga tempat. Yang pertama
adalah perencanaan pembunuhan yang dilakukan oleh Abdurrahman bin Muljan dengan
tugasnya membunuh Ali bin Abi Thalib. Perencanaan pembuhuhan kedua dilakukan
oleh Barak Ibnu Abdillah yang merupakan
orang suruhan kedua dari kelompok Khawarij untuk membunuh Muawiyah. Dan
perencanaan pembunuhan yang ketiga dilakukan oleh Amr bin Bakr At – Tamimi yang
di tugaskan membunuh Amru bin Ash dengan bertolak belakang menuju Mesir. Dan
perencanaan itu pun di lakukan pada tanggal 17 Ramadhan.
Hanya
saja dari ketiga perencanaan tersebut hanya satu yang berhasil terlaksana yaitu
perencanaan yang diamanahi kepada Abdurrahman bin Muljan untuk membunuh
Khalifah Ali bin Abi Thalib yang ketika itu sedang memanggil orang – orang
untuk bersembahyang bersama di masjid Kufah. Dengan tusukan pedang Abdurrahman
bin Muljan itulah yang membuat Ali bin Abi Thalib tewas dan kemudian orang –
orang menangkap pelaku pembunuhan Ali tersebut. Sedangkan, perencanaan kedua
dengan tikamannya hanya mengenai bagian pinggul Muawiyah sehingga tidak
menimbulkan ajal baginya. Dan penikamnya pun di tangkap kemudian di bunuh kala
itu. sedangkan perencanaan ketiga mengalami kegagalan total di karnakan salah
dalam menikam orang yang dimana seharusnya menikam Amr bin Ash berbanding
terbalik dengan menikam Kharijah bin Habib
As – Suhami yang menjadi Imam pada shalat Shubuh yang di kira Amr bin
Bkr At – Tamimi adalah Amr bin Ash yang dimana beliau tidak menjadi imam ketika
pagi itu.
Maka
dengan kepergian Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah terakhir umat Islam
menimbulkan perselisihan dan cara pandang yang berbeda antara satu golongan
dengan golongan yang lain sehingga menyebabkan terjadinya perpecah belahan
dalam ajaran Agama Islam dan terbentuklah kelompok – kelompok seperti Khawarij,
Murji`ah, Mu`tazilah, Syi`ah dan firqah – firqah lainnya.
BAB
III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Sebagaimana
yang telah saya uraikan di atas di mulai dari zaman Rasulullah SAW sampai
kepada zaman para sahabat beliau yang kita sering sebut dengan masa
Khulafaurrasyidin ini sangatlah berkaitan dengan penyebar luasan dan
perkembangan ajaran Agama Islam yang dimana merupakan Agama dengan basis
peminat yang semakin hari semakin bertambah pengikutnya.
Dengan
perjuangan yang dilakukan Rasulullah SAW dengan para sahabatnya dalam
menyebarkan Agama Islam. berkat
perjuangan merekalah Agama Islam dapat berkembang pesat sampai sekarang, dan
kalau dikaitkan dengan zaman sekarang manusia lebih menyepelekan ajaran yang
telah di bawa dengan susah payah oleh Rasulullah dan para Sahabatnya.
Kita juga dapat mengambil kesimpulan, agar bisa menjadi orang yang
sesederhana mungkin dan janganlah hidup dengan bermewah – mewahan seperti yang
di contohkan para nabi dan sahabatnya. Di dalam hidup pun haruslah selalu berusaha untuk
mencapai sesuatu yang kita inginkan. Kemudian
selalu berpegang teguh kepada pedoman ajaran Agama Islam yakni berupa Al – Qur`an dan As – Sunnah yang di
pesankan beliau pada haji wada` kepada
umat manusia untuk selalu berpegang teguh kepada keduanya ( Al – Qur`an dan As
– Sunnah ).
Daftar Pustaka
Ismail Faisal, Sejarah dan Kebudayaan Islam dari Zaman
Permulaan hingga Zaman Khulafaurrasyidin, Yogyakarta : CV. Bina Usaha
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah XII,
Semarang : PT. Karya Toha Putra 2009
Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan
Islam, Jakarta : Pustaka Bintang 1975
Esha, Muhammad In`am, Percikan
Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam, Malang : UIN-Maliki Press 2011
Israr, C., Sejarah Kesenian Islam,
Jakarta : Bulan Bintang 1978
MJ Media, Kisah 25 Nabi dan Rasul
MJ Media, Kisah Khulafaurrasyidin
Kumpulansejarah.com
[1] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam,
PT. Karya Toha Putra Hal 8
[2] Al-Qur`an, Mughfira Pustaka,
Qur`an Tajwid dan Terjemahannya, Ali Imran ayat 19, Juz 3 Hal 52
[3] Faisal Ismail, Sejarah
Kebudayaan Islam dari zaman pemula hingga zaman Khulafaurrasyidin, Hal 33
[4] Faisal Ismail, Sejarah
Kebudayaan Islam dari zaman pemula hingga zaman Khulafaurrasyidin, Hal 34
[5] Faisal Ismail, Sejarah
Kebudayaan Islam dari zaman pemula hingga zaman Khulafaurrasyidin, Hal
44-46
[6] kumpulansejarah.com/2012/10/sejarah-hidup-nabi-muhammad-saw-lengkap.html
[7] A. HASJMY , Sejarah Kebudayaan
Islam, Hal 51-52
[8] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam,
Hal 9
[9] MJ Media, Kisah 25 Nabi dan Rasul
[10] Faisal Ismail, Sejarah
Kebudayaan Islam dari zaman pemula hingga zaman Khulafaurrasyidin, Hal 100
- 104
[11] Faisal Ismail, Sejarah
Kebudayaan Islam dari zaman pemula hingga zaman Khulafaurrasyidin, Hal 121
Tidak ada komentar:
Posting Komentar