Jumat, 31 Oktober 2014

Masa Klasik Rasulullah dan Khalifah Setelahnya



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Dalam meneliti masa klasik Rasulullah SAW beserta para khulafa rasyidin pastilah berkaitan dengan sejarah kemunculan Agama Islam setelah zaman pra-Islam yang dimana Agama Islam merupakan ajaran Agama yang terlahir dari revolusi umat manusia pada zaman pra-Islam yang di wahyukan dari Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dengan kitabnya Al-Qur`an sebagai penyempurna ajaran-ajaran yang telah di sampaikan oleh nabi dan rasul pada masa pra-Islam .
Islam merupakan ajaran Agama yang di turunkan  Allah SWT kepada Rasulullah SAW melalui  malaikat Jibril dan disampaikan kepada umat manusia seluruhnya agar mereka dapat selamat dunia dan akhirat serta berfungsi sebagai pedoman hingga ke hari kiamat. Pada masa klasik Rasulullah SAW banyak timbul perdebatan dan perlawanan dalam menyebarkan ajaran yang dibawanya dikarnakan menimbulkan banyak pemikiran-pemikiran negatif pada kalangan umat manusia saat itu tentang pandangan mereka terhadap agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Pada masa itu, Rasulullah SAW bersama dengan para sahabat – sahabatnya yakni, Abu Bakar, Utsman bin Affan, Umar bin Khatab, dan Ali bin Abi Thalib bekerja keras menyebarkan ajaran Agama Islam agar dapat terbebas dari keterpurukan zaman yang pada saat itu masih banyak menyembah berhala dan patung – patung yang mereka anggap sebagai tuhan mereka.
Munculnya agama Islam pada zaman nabi Muhammad SAW menimbulkan berbagai macam tanggapan dan haluan baik dalam keluarga nabi sendiri maupun dari kalangan masyarakat umumnya. Bahkan, sejumlah kecil mereka yang menerima ajaran Islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah SAW, meskipun ada juga di kalangan keluarga nabi yang menentang ajaran tersebut. Misalnya Abu Lahab[1]  sampai – sampai dikarnakan menyebarkan ajaran Agama Islam, nabi Muhammad SAW di ancam di bunuh oleh masyarakat makkah pada saat itu.
Semangat juang nabi dan para sahabatnya dalam menyebarkan Agama Islam belum sampai pada titik darah penghabisan. Mereka dengan susah payah menyebarkan ajaran Agama Islam dengan berbagai rintangan dan cobaan mereka lalui bersama dimulai dari perdebatan, peperangan, caci maki, serta pukulan dan lemparan pun telah mereka alami bersama – sama demi tercapainya tujuan yang mereka cita – citakan yakni membuat semua umat manusia memeluk Agama Islam yang di mana hal itu sudah dapat kita rasakan dimuka bumi ini berkat perjuangan para Rasul dan Nabi serta sahabat – sahabat Rasulullah SAW sehingga Agama Islam bisa berkembang pesat di seluruh belahan bumi yang kita cintai ini. Akan tetapi, dalam era globalisasi ini tak sedikit masyarakat yang mengaku memeluk  Agama Islam tetapi dalam kesehariannya tidak mencerminkan sebagai umat yang memeluk Agama Islam sehingga Islam semakin di sepelekan dan hanya sebagai Identitas diri saja kalau ia sebagai orang yang memeluk Agama Islam.
 Setidaknya dalam pembahasan masa klasik Rasulullah SAW dan Khulafa Rasyidin  yang nantinya akan kita bahas secara bersama – sama tak luput dari sejarah yang merupakan sumber dari ilmu pengetahuan sampai – sampai Presiden Republik Indonesia pertama mengatakan “Jangan lupakan sejarah!” yang dimana sejarah mempunyai andil penting dalam kehidupan keseharian kita. Karena, ketika kita mempelajari ilmu sejarah maka, kita dapat mengaitkan antara masa lampau dengan masa sekarang yang jauh berbanding terbalik, di mulai dari keimanan sampai kepada Akhlak saja telah beda antara umat zaman dahulu dengan umat zaman sekarang yang sudah dimanjakan oleh barang – barang baru yang bersifat sementara sementara tak mempunyai manfaat untuk kedepannya malah bahkan dapat menjerumuskan ke dalam fatamorgana kehidupan.
Kebanyakan masyarakat indonesia lebih mengidolakan artis – artis papan atas yang selalu membuat kita terpacu tuk bisa menjadi apa yang di idolakannya daripada mengidolakan nabinya yang telah mengantarkan Agama Islam dengan penuh pengorbanan dan pertumpahan darah telah beliau hadapi demi tegaknya Ad-Dinul Islam yang merupakan salah satunya agama yang di jamin Allah SWT masuk kedalam syurganya dan merupakan agama yang benar di sisi Allah SWT[2]. Bahkan, tidak banyak orang yang di tanya mengidolakan Rasulullah SAW dan para Sahabatnya. Yang seakan – akan mereka memeluk Agama Islam berdasarkan orang tuanya atau berdasarkan keturunan saja bukan karena keingin tahuan dan ke ikhlasan dalam diri manusia sendiri untuk saling meningkatkan ibadah kepada Allah SWT dengan landasan mengerjakan segala apa yang di perintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.   
Zaman Khulafaur Rasyidin pun mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyebaran Agama Islam. Yang dimana Al-Qur`an mulai di bukukan pada zaman mereka, dimulai dari usulan Umar bin Khatab r.a. yang dimana pada kala itu telah banyak para penghafal – penghafal Al-Qur`an yang meninggal dalam peperangan melawan kaum – kaum yang menentang ajaran Agama Islam yang kemudian dengan inisiatif beliau untuk membukukan Al-Qur`an disampaikan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Dengan diterimanya usulan sahabat Umar bin Khattab, mulailah mereka membuat kepanitiaan untuk merumuskan Al-Qur`an yang di komandani oleh Zaid bin Tsabit dengan di bantu rekannya Ubay bin Ka`ab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan para sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Dalam prosesi pembukuan tersebut. Setelah Rasulullah SAW wafat barulah sekitar 18 tahun setelah wafatnya nabi Muhammad SAW Al-Qur`an berhasil di bukukan dengan cara  mengumpulkan penghafal – penghafal yang masih ada beserta pelapah – pelepah kurma dan kulit – kulit, serta batu – batu yang berisi catatan – catatan penghafal Al - Qur`an yang kemudian disatu padukan dengan hafalan dan bukti tulisan yang ada dengan penyeleksian yang ketat pula maka jadilah Al – Qur`an sebagaimana yang kita ketahui sekarang dan yang banyak di kenal oleh masyarakat adalah Al – Qur`an Mushaf Usmani. 



BAB II

PEMBAHASAN


    

1.  Masa Klasik Rasulullah SAW

Masa Kelahiran Nabi Muhammad SAW

                Perlu kita ketahui bahwasannya nabi Muhammad SAW lahir dalam sebuah peristiwa yang luar biasa yaitu pada Tahun Gajah. Dikarenakan pada saat itu, ada sekelompok pasukan gajah yang di pimpin oleh Raja Abrahah yang merupakan Gubernur kerajaan Habsyi di Yaman yang ingin menghancurkan makkah pada kala itu. Penyebabnya adalah karena pada saat itu negri mekkah yang semakin ramai dan bangsa Quraish pun semakin terhormat dengan bertambahnya Jama`ah haji yang ingin berkunjung ke makkah. Akhirnya menimbulkan rasa iri hati dalam sanubari Raja Abrahah untuk membelokkan umat manusia agar tidak lagi berkunjung ke baitullah.
                Para ahli sejarah berbeda pendapat dalam menetapkan tanggal lahir nabi Muhammad SAW salah satunya adalah Prof. Dr. Ahmad Syalabi yang berpendapat bahwasannya nabi Muhammad lahir pada tanggal 9 atau 12 Rabiul Awal bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi. Adapun, pendapat dari Muhammad Husain Haikal yang dimana beliau berpendapat bahwa kelahiran nabi Muhammad jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah bertepatan dengan tanggal 20 april 570 Masehi. Dan pendapat yang terakhir ini yang menjadi panutan atau banyak diikuti oleh mayoritas kaum muslimin pada umumnya yakni tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah bertepatan dengan tanggal 21 April 571 Masehi[3].
                Nabi Muhammad SAW lahir ketika kakek beliau Abdul Muthalib sedang mengelilingi tawaf di ka`bah dan ketika beliau mendengar kabar bahwasannya cucunya akan lahir ia pun kemudian bergegas pulang menemui cucunya yang baru lahir tersebut dan langsung membawanya ke dalam ka’bah seraya bersyukur dan berdo`a kepada Allah SWT atas kelahiran dan keselamatan cucunya itu. dan pada saat itu pula Abdul Muthalib memberi nama cucunya dengan nama “Muhammad” yang berarti terpuji, di mana nama tersebut belum pernah digunakan oleh orang – orang Arab pada masa itu. tetapi, berbanding terbalik dengan zaman sekarang yang sudah banyak menggunakan kata Muhammad sebagai namanya dan tidak sedikit di kalangan masyarakat Indonesia yang menggunakan kata Muhammad sebagai nama depan mereka. Maka, ketika peristiwa itulah          orang – orang Quraisy meontarkan pertanyaan mereka kepada Abdul Muthalib “mengapa engkau memberikan nama muhammad kepada cucu engkau wahai Abdul Muthalib?”. Kemudian paman nabi pun menjawab “agar cucuku menjadi orang yang terpuji di langit yakni di sisi Allah SWT, dan terpuji pula di kalangan umat manusia di muka bumi.
                Para Orientalis Barat ( Jerman ) seperti Iqnaz Goldzier, Theodor Noldeke, dan G. Weil yang dengan maksud – maksud tertentu mengatakan bahwasannya nama asli Rasulullah SAW bukanlah Muhammad melainkan Qusam atau Qutsamah. dengan intonasi nada yang sinis mereka mengatakan bahwasannya nama Muhammad itu di berikan oleh kaum Muslimin pada zaman itu, setelah beliau wafat. Akan tetapi, pernyataan mereka di tolak oleh kaum Muslimin dikarenakan tidak benar dan tidak pula dapat dibenarkan. Sebab, semua sumber sejarah telah membenarkan bahwa penamaan “Muhammad” itu diberikan oleh Abdul Muthalib dan di dalam Al-Qur`an pun secara tegas menyebutnya beberapa kali yakni dalam surat Ali-Imran ayat 144, Al-Ahzab ayat 40, Al-Fath ayat 29 dan surat Muhammad ayat 2. Untuk lebih jelasnya lagi mari kita sama – sama menyimak arti dari firman Allah SWT dalam suratnya Al-Ahzab ayat 40 “Muhammad itu sekali – kali bukanlah bapak dari seseorang diantara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah SWT dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu.”[4]
                Dalam silsilah keluarga nabi Muhammad SAW beliau merupakan keturunan dari bangsawan keluarga Quraisy yang merupakan suku terpandang di zaman klasik Rasulullah SAW. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah. Sedangkan Ibunda Rasulullah SAW bernama Siti Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhro bin Kilab bin Murrah. Dari uraian diatas dapat kita lihat bersama bahwasannya keturunan dari pihak Ayahanda dan Ibunda nabi Muhammad SAW mempunyai titik temu pada kakek ke lima yakni Kilab dan Murrah dan kemudian silsilah ini jika di teruskan sampai kepada Adnan maupun nabi Ismail dan nabi Ibrahim a.s. di sebutkan pula dalam Riwayat bahwasannya Nabi Ismail a.s. merupakan kakek nabi yang ketiga puluh.  
                Paparan silsilah keluarga nabi Muhammad SAW senantiasa menimbulkan sebuah argument dengan statement yang amat  jelas bahwa nabi Muhammad merupakan keturunan dari nabi Ismail a.s. yang dimana kala itu Rasulullah SAW pernah mengatakan “saya adalah putra dari dua korban” yang di maksudkan korban disini adalah ketika nnabi Ismail a.s. yang merupakan putra nabi Ibrahim a.s. nyaris di sembelih oleh bapaknya sendiri atas perintah Allah SWT melalui mimpi yang di kabarkan kepadanya. Kemudian setelah pisau itu dilekatkan ke leher Ismail a.s. dengan kun fa ya kun ( jadilah maka jadilah ) Allah SWT mengganti nabi Ismail a.s. dengan seekor domba untuk disembelih pada kala itu. dan korban yang kedua merupakan Ayahanda Rasulullah SAW sendiri yang hampir di sembelih oleh Abdul Muthalib sebagai korban kepada Allah SWT kemudian ditebus dengan penyembelihan 100 ekor unta yang pada masa itu dijadikan sebagai hewan Qurban.
                Waktu pun terus berjalan dengan kondisi nabi Muhammad yang telah kehilangan Ayahandanya ketika ia sebelum lahir di dunia dan semenjak beliau lahir di muka bumi, beliau telah menjadi seorang anak yatim yang kemudian tinggal bersama keluarga Halimah binti Abi Zuwaib dari Kabilah Bani Sa`id selama 5 tahun dengan  mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang amat telah di berikan oleh keluarga itu sampai pada saatnya beliau kembali ke makkah untuk menemui ibunda dan kakeknya tercinta. Dikarenakan ketakutan Halimah terhadap Muhammad apabila beliau berlama – lama tinggal bersamanya. Akhirnya, tak lama setelah beliau berada di makkah kemudian siti Aminah Ibunda nabi mengajaknya tuk pergi ke Madinah bertemu dengan saudara – saudaranya dengan di temani oleh Ummu Aiman yang merupakan budak dan sekaligus pengasuh nabi Muhammad SAW. Sesampainya di madinah, nabi di ajak berziarah ke makam Ayahandanya dan sekaligus menunjukkan letak kuburan Ayahandanya yang telah pergi semenjak nabi berusia tujuh bulan dalam kandungan Ibundanya.
                Sebulan lamanya di Madinah membuat nabi mengetahui banyak hal tentang keluarganya apalagi di tambah cerita – cerita Ayahanda yang setiap saat di ceritakan oleh Ibundanya membuat hati nabi merasa terharu akan nasib hidup yang beliau jalani tatkala beliau menjadi anak yang tegar dan penuh pendirian menghadapi rintangan dan cobaan yang di berikan Allah SWT kepadanya. Namun, kemudian Siti Aminah pun segera bersiap – siap untuk kembali ke Makkah dengan menaiki dua ekor unta yang dibawanya dari Makkah menuju Madinah.
                Sesampainya di suatu tempat yang bernama Abwa`, ibu nabi menderita sakit dan kemudian meninggal dunia sehingga jenazah Ibunda nabi pun harus di kuburkan di situ juga yakni di kampung Abwa`. Maka, lengkap sudahlah penderitaan nabi Muhammad SAW yang baru saja kehilangan orang yang amat beliau cintai yaitu Ibundanya sendiri yang dimana telah melahirkan dan membesarkan beliau dengan penuh suka maupun duka. Dan kini nabi Muhammad menjadi anak yang yatim dan piatu sehingga dengan rasa amat sedih nabi pun di bawa oleh pengasuhnya Ummu Aiman untuk kembali menuju Makkah bertemu dengan Kakeknya ( Abdul Muthalib ).

Bukankah Dia mendapatimu seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seseorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk” ( Ad-Dhuha, 93: 6-7 )
                   

Perjalanan Nabi Mencari Jati Diri

Selepas rasa duka di dada yang hanyut dalam alunan melodi hati nabi Muhammad SAW dengan di tinggal kedua orang tuanya dan kemudian di susul oleh kakeknya ( Abdul Muthalib ) yang wafat ketika nabi Muhammad berusia 8 tahun yang mengakibatkan bani Hasyim merasa kehilangan orang yang selama ini mempunyai wibawa dan keteguhan hati yang suci dengan pandangannya yang membuat bangsa Arab hormat kepadanya karena beliau merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam kalangan bangsa Arab pada umumnya. Dan beliau ( Abdul Muthalib ) dikenal sebagai orang yang selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tamu yang berziarah dan suka membantu penduk makkah yang mengalami kesusahan.
Sepeninggalan Abdul Muthalib, Muhammad kemudian tinggal bersama Abu Thalib yang merupakan paman nabi Muhammad dan sekaligus menjaga amanah dari Saudaranya yakni orang tua dari nabi dan juga amanah dari bapaknya yang merupakan kakek nabi Muhammad SAW. Walaupun dari segi ekonomi Abu Thalib kurang mampu dibandingkan dengan saudara – saudaranya yang lain akan tetapi dari aspek dalam dirinya, beliau mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat dikalangan Quraisy. Abu Thalib sangat menyayangi nabi Muhammad sama seperti kasih sayangnya terhadap anak – anaknya sendiri dikarenakan Muhammad mempunyai budi pekerti yang mulia sehingga orang nyaman berada di dekatnya.
Pada suatu hari, ketika mereka hendak berkunjung ke negri syam untuk pergi berdagang sewaktu nabi berusia 12 tahun. Dalam perjalanan mereka menuju negri syam, sampailah mereka di sebuah tempat yang berdekatan dengan kemah seorang pendeta Nasrani yang bernama Bahira. Kemudian pada waktu itu, mereka bertemu dengan pendeta tersebut yang dimana pendeta tersebut mempunyai keahlian dapat melihat tanda – tanda kenabian dalam diri nabi Muhammad. Pendeta itu sejenak memperhatikan dan mengamati nabi Muhammad seraya berkata “bahwa terdapat           tanda – tanda kenabian dalam diri Muhammad sesuai dengan apa yang telah termaktub dalam kitab sucinya. Maka, pendeta itupun menasehati Abu Thalib supaya tidak pergi jauh ke negri Syam karena di khawatirkan orang – orang Yahudi akan menyakiti Muhammad sekiranya di ketahui tanda – tanda tersebut. Abu Thalib pun mengikuti nasehat yang di berikan pendeta tersebut kepadanya dan bersegera kembali ke Makkah.
Dalam kesehariannya pun nabi Muhammad mempunyai kerja sampingan dengan menggembala kambing milik keluarganya sendiri, maupun kambing milik penduduk Makkah yang di percayakan kepada beliau untuk di rawat dan di jaga sedemikian rupa, hingga nabi mendapatkan gelar Al – Amin ( dapat dipercaya ) dari kalangan masyarakat makkah kala itu. pekerjaan menggembala kambing itu pun mempunyai nilai positif untuk diri nabi. Karena dalam menggembala kambing memerlukan keuletan, kesabaran, ketenangan, dan ketrampilan dalam tindakan yang dimana dalam menggembala kambing pun dapat belajar mengamati dan mengawasi agar para kambing dapat terkendali dan terpimpin, jangan sampai ada yang hilang atau terpisah dari kelompoknya, dan jangan sampai ada yang terpelosok dari hal – hal lain yang dapat membahayakan hewan gembalaannya tersebut.
Dan seperti biasalah, ada sedemikian orang yang yang tidak setuju dengan pernyataan nabi yang di beri gelar Al – Amin  oleh masyarakat Makkah. Orientalis Barat mengemukakan pendapatnya bahwa gelar Al – Amin itu diambil dari nama Ibunya Aminah yang dimana apabila di uraikan lebih lanjut pemahaman tersebut tidak mendasar dikarenakan memberi nama gelar berdasarkan nama ibu itu merupakan hal yang tidak lazim dalam bangsa Arab. Yang seakan – akan mereka hendak menjelek – jelekkan nabi Muhammad SAW.
Pernyataan ini pun di bantah oleh kaum Orientalis lainnya antara lain oleh Monseur Sedillo dan William Muir. Mereka mengatakan, bahwasannya nabi Muhammad di berikan gelar Al – Amin itu, karena Akhlaq beliau yang terpuji sehingga mereka ( masyarakat ) menggelarinya dengan            Al – Amin yang dalam bahasa mereka disebut dengan “Faithful”.[5]
Lambat laun Muhammad beranjak dewasa dengan segala daya dan upaya yang dia miliki, kini menjadikan beliau seorang yang mempunyai jati diri yang arif dan terpuji di kalangan bangsa Arab pada umumnya dan nabi pun sudah mulai berusaha untuk mandiri dalam kehidupannya. Hanya saja, Abu Thalib tak segan – segan mencarikan lapangan kerja untuk ponakannya agar hidupnya lebih baik. Dan pada saat itulah timbul berita bahwa Siti Khadijah, seorang saudagar yang kaya raya hendak mengirimkan barang dagangannya ke Syria. Tanpa berpikir panjang Abu Thalib pun meminta Muhammad untuk mencoba membawakan dagangannya ke Syiria yang ketika itu beliau telah berumur 25 tahun. Muhammad setuju, dan Abu Thalib langsung bertemu Khadijah dan menyampaikan maksud kedatangannya untuk meminta Khadijah menerima Muhammad sebagai salah seorang yang membawakan barang dagangannya ke Syiria. Dengan permintaan upah 4 ekor unta itulah dikabulkan oleh Khadijah. Bahkan, dia mengatakan seandainya permintaan Abu Thalib itu untuk orang lain akan dipenuhinya juga apalagi permintaan itu untuk anak saudaranya sendiri yang pada saat itu sudah di kenal oleh kalangan masyarakat Quraisy sebagai orang yang di percaya dan memiliki sifat yang mulia di mata masyarakat.
Dengan di dampingi Maisarah yang merupakan pelayan dari Khadijah, Muhammad berangkat dari Makkah menuju Syiria yang sebelumnya pernah beliau lakukan oleh pamannya ketika berusia 12 tahun dan sekarang beliau melakukannya lagi ketika umur 25 tahun yang merupakan usia produktif tuk mencapai kedewasaan hanya saja yang membedakannya adalah beliau berangkat ke Syria tidak di temani oleh pamannya melainkan oleh pelayan yang di tugaskan Khadijah untuk menemani beliau selama berada di Syria. Sesampainya di Syria beliau melakukan perdagangannya dengan menjual barang – barang yang telah di bawanya dari Makkah menuju Syria dengan sigapnya barang dagangan beliau pun habis dan laku terjual  sehingga selesai lah misi dagang beliau di Syria dan langsung bertolak kembali menuju Makkah dengan memperoleh keuntungan dan laba yang sangat besar.
Sesampainya nabi dan Maisarah di Makkah mereka langsung menuju ke rumah Khadijah dan menyerahkan apa yang telah menjadi tugas mereka beserta keungtungan yang di peroleh dari hasil berdagang di Syria tanpa memungut sepeser pun dari hasil dagangan tersebut. Kejujuran dan keluhuran serta sikap yang arif dan terpuji mengantarkan beliau menuju kesuksesan dengan disertai rasa kekaguman Khadijah terhadap Muhammad yang menilainya sebagai suatu pribadi yang terpuji, tutur kata dan sikap serta perangai yang amat membuat Khadijah jatuh cinta kepada beliau. Dan pada waktu itu, Khadijah mengutus pelayan perempuan yakni Nafisa untuk menyampaikan apa yang di rasakan Khadijah kepada Muhammad yang kemudian berujung kepada pelaminan.  Yang pada saat itu, Muhammad berumur 25 tahun sedangkan Khadijah 40 tahun sungguh merupakan jarak yang sangat jauh dan berbanding terbalik. Hanya saja, cinta tak dapat di tepis lagi dan cinta bisa melupakan segalanya sehingga umur pun tak dapat menjadikan penghalang akan kekuatan cinta mereka.
Setelah lama berumah tangga sekitar 10 tahun lamanya dan nabi pun telah berusia 35 th lima tahun sebelum kenabian ada suatu peristiwa yang melanda kota Makkah yaitu banjir besar yang menyebabkan rusaknya Kakbah yang merupakan batullah tersebut. peristiwa tersebut membuat  orang-orang Quraisy sepakat untuk memperbaiki Kakbah  dan yang menjadi arsitek pada masa itu adalah Baqum dengan keahliannya mendesign ulang ka’bah dan merupakan seorang berkebangsaan Romawi.
               Ketika pembangunan sudah sampai di bagian Hajar Aswad mereka saling berselisih tentang siapa yang meletakkan hajar Aswad ditempat semula dan perselisihan ini sampai 5 hari tanpa ada keputusan dan bahkan hampir terjadi peretumpahan darah. Akhirnya Abu Umayah menawarkan jalan keluar siapa yang pertama kali masuk lewat pintu Masjid itulah orang yang memimpin peletakan Hajar Aswad. Semua pada sepakat dengan cara ini. Allah SWT menghendaki ternyata yang pertama kali masuk pintu masjid adalah Rasulullah SAW sehingga yang berhak meletakkan Hajar Aswad adalah baginda Rasulullah SAW sehingga habis sudah perdebatan yang mereka lakukan.
             Orang-orang Quraisy berkumpul untuk meletakkan Hajar Aswad . Rasulullah meminta sehelai selendang dan pemuka-pemuka kabilah supaya memegang ujung-ujung selendang lalu mengangkatnya bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya Nabi mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya ke tempat yang sebagaimana mestinya dan persis seperti semula sebelum ka`bah rusak.[6]









Periode Makkah dan Kenabian Muhammad SAW
                Dalam menyebarkan ajaran Agama Islam, kota Makkah merupakan kota pertama di sebarkannya ajaran Agama Islam yang dimana bisa kita sebut dengan kota kelahiran Islam. Beserta dengan lahirnya nabi akhir zaman sebagai pewaris terakhir kenabian dan ke rasulan di muka bumi ini. 13 tahun sudah Rasulullah berdakwah di kota Makkah yang dimana beliau mendapat perintah berdakwah dari Allah SWT ketika bersemayam di gua Hira yang terletak di bukit Jabal Nur. Rasulullah menempuh perjalanan menuju Jabal Nur sekitar dua sampai tiga mil di sebelah utara kota Makkah hanya untuk merenungkan tentang penciptaan alam semesta ini pra kenabian Rasulullah SAW.   
               
                Menjelang usianya yang ke-40 tahun beliau selalu berkhalwat  di gua Hira, sebuah tempat yang terletak beberapa kilometer dari kota Makkah yang dimana beliau berusaha menenangkan jiwanya dengan cara bertafakur kepada Allah SWT dikarnakan beliau tidak tahan akan kondisi dan situasi masyarakat Arab kota Makkah kala itu. sehingga beliau berusaha menenangkan diri dengan cara berkhalwat di gua Hira sampai pada saatnya Malaikat Jibril mendatangi Muhammad atas perintah Allah SWT dan menyuruh nabi Muhammad mengikuti apa yang Jibril ucapkan. Dan kemudian setelah peristiwa itu turunlah 5 ayat yang terdapat dalam surat Al – Alaq dimana dikatakan di dalamnya menyuruh kita untuk dapat membaca dikarnakan dengan membaca kita dapat mengetahui segala hal yang belum pernah kita ketahui.
                Setelah mendapat wahyu yang diturunkan Allah SWT melalui malaikat Jibril yang kemudian di sampaikan kepada nabi Muhammad SAW yang dimana dengan datangnya wahyu tersebut maka resmilah Muhammad sebagai nabi dan rasul Allah. Setelah mendapatkan wahyu pertama dari Allah SWT, nabi Muhammad pun memulai dakwahnya baik secara diam – diam dimulai dari kalangan keluarganya sendiri maupun secara terang – terangan kepada umat manusia.

Dakwah Rasulullah SAW

Ada dua komponen yang menyebabkan dakwah Rasulullah di kalangan umat manusia sendiri pastilah mempunyai respon dan tanggapan baik itu negatif maupun positif. Yang kemudian tercermin dalam kehidupan masyarakat kala itu. rasulullah memulai dakwahnya dengan cara diam – diam yang di mulai pada tanggal 17 Ramadhan bertepatan dengan 6 Agustus 610 Masehi. Sebagaimana tanggal tersebut merupakan pelantikan beliau menjadi Rasul Allah dan sekaligus menjadi Kepala Negara pada masa itu yang dimana langkah pertama beliau melakukan persiapan dalam bidang mental dan moral ( rohani dan akhlak ) dimana beliau mengajak manusia untuk :

1.       Mengesakan Allah SWT
2.       Mensucikan serta Membersihkan Jiwa dan Hati
3.       Menguatkan Barisan
4.       Meleburkan Kepentingan diri Pribadi ke dalam Kepentingan Jama`ah

 pada mulanya nabi mendakwahkan ajaran agama Islam secara diam – diam di mulai dari   keluarga dan para sahabatnya yang dipercayai beliau sehingga mereka dapat beriman kepada Allah SWT serta sekaligus menjadi orang pilihan yang kemudian menjadi kader – kader utama dalam menyebarkan ajaran Islam.
Setelah lebih dari dua tahun lamanya Rasulullah mendakwahkan ajaran Agama Islam. kini tibalah saat – saat di mana perasaan beliau sama seperti ketika menerima wahyu pertama dan dengan rasa Khawatir menunggu akan datangnya wahyu kedua yang telah lama beliau nantikan di gua Hira yang merupakan tempat merenung beliau dalam memikirkan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Sampai pada saatnya nabi menerima wahyu kedua yang tercantum dalam surat Al – Muddatstsir      ayat 1 – 7 maka, terbuktilah bahwa beliau harus menyebarkan ajara Agama Islam yang telah di wahyukan melalui perantara malaikat Jibril dengan cara diam – diam sampai 3 tahun lamanya barulah muncul ayat yang memerintahkan agar beliau melakukan dakwah secara terang – terangan yang telah tercantum dalam surat As – Syuara ayat 214 dengan surat Al – Hujrat ayat 94 yang menyuruh beliau untuk mendakwahkan ajaran Agama Islam secara terang – terangan di kalangan manusia seluruhnya.
Ayat tersebut mengandung perintah untuk berdakwah secara terang – terangan ternyata mengakibatkan bentrok dengan kaum kafir Quraisy yang mengakibatkan umat muslim harus berperang melawan kaum kafir Quraisy pada kala itu.[7]
Ada beberapa faktor penolakan kaum kafir Quraisy terhadap ajaran Agama Islam :
1.       Persaingan Berebut Kekuasaan, yang dimana melibatkan seluruh kabilah – kabilah besar Quraisy dalam memperebutkan kekuasaan.
2.       Persamaan Hak dan Derajat Manusia, Orang – Orang Quraisy memandang bahwa golongannya paling mulia dibandingkan golongan bangsa Arab lainnya. Padahal dalam Islam mengajarkan untuk saling menyetarakan antara derajat manusia. Di karnakan manusia semua pada asalnya sama dan yang membedakan manusia dengan manusia lainnya adalah ke taqwaannya terhadap Allah SWT.
3.       Mengikuti nenek moyang ( Taklid ), orang – orang Arab masih memegang teguh ajaran nenek moyang mereka yang membangkan dari ajaran Agama Islam sehingga apa yang di sampaikan nabi Muhammad berdasarkan ajarannya di tolak oleh mereka di karnakan tidak sesuai dengan ajaran yang mereka terima dari nenek Moyangnya.
4.       Kekhawatiran untuk Dibangkitkan, Islam mengajarkan bahwasannya manusia akan di bangkitkan dari kuburnya dan di mintai pertanggung jawaban atas amalan apa yang telah mereka perbuat di dunia. Dan orang yang berbuat kebaikan akan menerima balasan Syurga sedangkan orang yang berbuat keburukan akan menerima balasan Neraka. Hal ini senantiasa membutakan mata dan fikiran orang – orang Quraisy untuk menolak ajakan ajaran Agama Islam yang di bawa Muhammad kala itu.
5.       Kerugian Materi, sebagian besar masyarakat Arab mencari Rezeki dengan cara membuat patung – patung yang mereka anggap sebagai penguasa alam semesta ini. Dengan kedatangan ajaran Agama Islam, melarang untuk menyembah patung – petung yang telah di buat oleh pemahat seakan menjadi fikiran yang negatif bagi masyarakat Arab kala itu. mereka beranggapan bahwasannya Rasulullah SAW melarang umatnya untuk menyembah berhala ( patung ) berarti sama saja menghalangi seseorang untuk meraih Rezeki yang mereka dapatkan dari hasil penjualan patung tersebut. Hal ini yang menyebabkan sebagian bangsa Arab menolak ajakan Rasulullah SAW.

Kemudian kegiatan mendakwah beliau tak henti – hentinya di lakukan dengan berhijrah ke Habsyah, dan memboikot bani Hasyim dan bani Abdul Mutahalib serta pengusiran dari Thaif telah beliau alami dengan tabah dan sabar menerima ejekan dan cemoohan bahkan ancaman yang tak sampai membuat nabi meninggal dalam perjalanan dakwahnya.
Kemudian nabi Muhammad melakukan perjalanan dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa dalam satu malam untuk menerima perintah Shalat dari Allah SWT seakan mendapat tinjuan keras dari kalangan masyarakat Quraisy yang tidak membenarkan Hal itu terjadi sampai pada saatnya seorang sahabat yang sangat berpengaruh dalam masyarakat Quraisy membenarkan beliau dalam perjalanannya yang di sebut dengan Isra` Mi`raj beliau tak lain adalah saudagar yang kaya raya yakni Abu Bakar Ash – Shiddiq R.A yang di mana gelar Ash – Shiddiq beliau di berikan ketika membenarkan pernyataan nabi tentang kebenaran Muhammad dalam peristiwa Isra` Mi`raj


Periode Madinah
Melihat kondisi masyarakat Makkah sudah mulai parah akan penderitaan dan rasa ke tidak berprikemanusiaan pun terus di berikan kepada nabi Muhammad SAW sehingga menyebabkan beliau mengalami kesengsaraan lahir dan bathin yang menyebabkan beliau harus berhijrah ke kota Yatsrib yang sekarang kita ketahui sebagai kota Madinah.
Rencana Rasulullah SAW untuk berhijrah ke Makkah tercium dan di ketahui oleh kaum Quraisy. Maka pada saat itulah Abu Jahal mengadakan musyawarah dengan seluruh kaum Quraisy untuk bersama – sama menghentikan dakwah Muhammad ke Yatsrib dengan cara mengepung Muhammad pada malam hari ketika semua orang telah tertidur nyenyak. Akan tetapi, rencana ini gagal dikarnakan pada saat itu, Ali bin Abi Thalib menggantikan posisi tidur Rasulullah sementara Rasulullah SAW beserta para pengikutnya pergi berhijrah dengan selamat menuju Yatsrib.
Dalam meloloskan diri dari kepungan kaum Quraisy, Rasulullah SAW mempunyai tiga taktik jitu dalam proses untuk sampai ke kota Yatsrib :
1.       Beliau mengerahkan para pengikutnya menuju arah selatan di karnakan beliau mempunyai firasat bahwasannya kaum Quraisy akan mengejarnya dari arah utara.
2.       Beliau tidak langsung pergi ke Yatsrib, melainkan bersembunyi beberapa malam di gua Tsaur untuk mengantisipasi pergerakan kaum kafir Quraisy sehingga mereka merasa kelelahan mencari Muhammad dan para pengikutnya kemudian kesel dan kembali ke Makkah dengan putus asa.
3.       Beliau tidak melalui dua jalan yang akan di lewati oleh pasukan kaum Quraisy, melainkan mencari jalan lain yang belum pernah di lewati oleh siapa pun agar sampai ke kota Yatsrib.

Dalam perjalanan beliau menuju Yatsrib ada dua kaum yang senantiasa menemani nabi dalam perjalanannya dari Makkah menuju Yatsrib disebut dengan Kaum Muhajirin. Sedangkan Kaum Muslimin Madinah yang membantu kaum Muslimin dari Makkah di namakan Kaum Anshar yang dimana mereka siap membantu dakwah nabi Muhammad SAW walu harta dan harga diri mereka habis di rampas oleh musuh. Mereka akan selalu mematuhi apa yang di perintahkan Oleh nabi Muhammad SAW. Dengan keadaan demikian nabi pun membuat masyarakat baru dan mulai membuat program mendirikan masjid, mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin, membuat perjanjian antara kaum Muslimin dan Non – Muslimin, Meletakkan dasar – dasar politik, ekonomi dan Sosial sehingga nabi Muhammad berharap dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar – benarnya.
Kepindahan Rasulullah beserta para sahabat – sahabatnya ke Madinah masih tidak terlepas dari ancaman kaum  Quraisy yang mengharuskan nabi bersama para pengikutnya dari kalangan kaum Anshar dan Muhajirin untuk berperang melawan kaum Quraisy yang menantang ajaran Agama Islam yang di bawa oleh Muhammad SAW kala itu. sehingga timbullah perang Badar, perang Uhud, perang Ahzab atau Khandaq, perang Tabuk dan perang – perang lainnya yang di mana kemenangan telah di dominasi oleh kaum muslimin kala itu. tetapi penghianatan bani Nadir terhadap perjanjian yang telah dibuat antara kaum muslimin dengan bani Nadhir ( Yahudi ) pun seakan menimbulkan permasalahan yang amat besar. Bermula dari ketidak sengajaan pembunuhan dua orang laki – laki yang menyebabkan mereka harus membayar diyat yang dimana nabi beserta Abu Bakar, Umar dan Ali menghubungi bani Nadhir untuk membantu meringankan beban saudaranya itu. dengan kepolosan bani Nadhir untuk menyetujui apa yang telah disampaikan nabi dan para sahabatnya, dengan maksud untuk membunuh nabi pun telah di ketahui nabi pada saat itu sehingga nabi beserta para sahabatnya mengusir bani Nadhir dari Madinah  kala itu.

    
Perkembangan Islam Pasca Periode Makkah dan Madinah

Setelah melakukan dakwah secara terang – terangan di dua kota yang saling terkait yakni antara Makkah dan Madinah maka tersebar luaslah ajaran Agama Islam pada kala itu, yang dimana penyebaran ajaran Agama Islam di bantu oleh para sahabat – sahabat beliau yakni, Abu Bakar Ash – Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib yang merupakan kader daripada nabi Muhammad SAW dalam menyebar luaskan ajaran Agama Islam.
Pada umumnya orang kafir Quraisy tidak senang menerima kehadiran Agama Islam di tengah – tengah kehidupan mereka. Maka, mulailah para tokoh – tokoh Quraisy menyebarkan        Isu – Isu negatif tentang ajaran Agama Islam. Salah satu tokoh Quraisy yang selalu menghalangi dakwah nabi adalah Abu Lahab yang dimana namanya di abadikan dalam surat Al – Lahab sebagai bukti pembangkangan akan ajaran yang di bawa Rasulullah SAW kepada umatnya kala itu. bahkan, Abu Thalib pun sering mendapati ancaman atas apa yang dilakukan cucunya tersebut. Dan karena ketidaktahanan beliau terhadap ancaman dari masyarakat Quraisy maka, Abu Thalib membujuk nabi untuk menghentikan dakwahnya dan kemudian permohonan Abu Thalib tidak di kabulkan nabi seraya berkata “Wahai Pamanku, Demi Allah sekiranya matahari diletakkan di sebelah kananku, dan bulan di sebelah kiriku supaya aku berhenti berdakwah, pasti aku tidak akan mau berhenti berdakwah, sampai Allah memberiku kemenangan atau aku binasa dalam perjuangan”.[8]
Bujukan dan rayuan kaum Quraisy pun tak dapat membantah semangat juang nabi Muhammad SAW sampai kepada peperangan pertama antara umat muslim dan kaum kafir Quraisy di sumur badar ( 623 M/2 H ) yang dinamakan perang Badar dan kemudian berlanjut kepada perang Uhud ( 624 M/3 H ), perang Khandak ( 626 M/5 H ), dan perang Tabuk ( 630 M/9 H ) yang dimana tidak semua peperangan itu dimenangi oleh kaum muslimin seluruhnya.
Maka tibalah saatnya untuk menaklukan kota Makkah dengan membawa seluruh pasukan Muslim dari Madinah tidak terkecuali para kaum Muhajirin dan Anshar yang siap sedia membantu nabi untuk menaklukan kota Makkah dekarnakan para kaum Quraisy melanggar perjanjian Hudaibiyah yang isinya bahwa antara kedua belah pihak tidak akan berperang selama 10 tahun. Hal ini di ketahui ketika bani Bakr ( Quraisy ) berperang dengan bani Khuza`ah ( Muslimin ) dan kemudian Rasulullah mengirim 10.000 tentara muslim dan memerintahkan pasukannya untuk berkemah di dekat Makkah agar dapat melihat gerak gerik musuh secara dekat. Kemudian berimanlah Abbas dan Abu Sufyan kepada Allah SWT dengan menyatakan dirinya masuk Islam kepada nabi Muhammad SAW. Dan sebelum penyerangan di mulai Rasulullah meneriakkan kepada kaum Quraisy : “Barang siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, Dia aman. Barang siapa yang masuk ke rumahnya sendiri – sendiri dan menutup pintu, dia aman. Dan Barang siapa yang masuk ke masjid, dia aman. Maka, tanpa suatu pertumpahan darah pun masyarakat makkah menyerah dan segeralah pasukan muslim yang di pimpin oleh nabi melakukan Tawaf mengelilingi Ka`bah sampai pada akhirnya para pemuka kaum kafir Quraisy pun memeluk Agama Islam dan kemudian meninggalkan ajarannya bahkan mereka menjadi orang yang di segani di dalam kaum muslimin.     
Perang terakhir yang di ikuti nabi Muhammad SAW adalah perang Tabuk yang dimana umat muslim memperoleh kejayaan dan kemenangan dalam berperang sehingga umat muslim bergembira atas kemenangan yang di raihnya itu dan kemudian setelah itu setaun kemudian nabi melakukan haji wada` ( haji terakhir ) dan dalam pidato beliau yang disaksikan oleh 100.000 kaum muslimin baik sigharus shahabat maupun khibarus Shahabah menyaksikan pidato beliau yaan bermaksud “Wahai sekalian manusia, Tuhan kamu adalah yang maha Esa dan kamu semua adalah keturunan Nabi Adam a.s. semulia – mulianya manusia di antara kamu adalah mereka yang bertaqwa kepada Allah SWT. Maka dialah orang yang paling bertaqwa. Dan aku telah meninggalkan kepadamu dua perkara yang dimana kamu berpegang teguh kepadanya, kamu tidak akan sesat selama – lamanya yaitu berpegang teguh kepada Al – Qur`an dan As – Sunnah[9]  



Wafatnya Rasulullah SAW

                Kehilangan seorang Nabi dan Rasul merupakan sebuah pukulan yang amat besar kala itu terhadap kaum muslimin pada umumnya yang mereka tidak percaya bahwa Muhammad akan pergi meninggalkan umat manusia tuk selama – lamanya. Akan tetapi, Allah SWT berkehendak lain terhadap apa yang di pandang masyarakat kala itu sehingga para sahabat menahan tangis dan kebingungan mereka akan tiadanya Rasul Allah ( Muhammad ) di muka bumi ini.
                Beliau wafat pada bulan 8  Juni tahun 632 Masehi atau bertepatan dengan hari senin 13 Rabi`ul Awal 11 Hijriyah dengan umur 63 tahun beliau menjadi panutan dan sekaligus telah berhasil menjalankan tugasnya sebagai Rasul dan pemimpin Negara. Dan Rasulullah merupakan contoh terbaik bagi umat manusia sepanjang zaman bahkan sebagai manusia yang berpengaruh di muka bumi ini.
2.       Masa Klasik Khulafaurrasyidin

Rasulullah SAW berdakwah selama  kurang lebih 23 tahun. Yang kemudian dilanjutkan oleh para sahabat dan dikenallah dengan sisitem khalifah umat islam. Yang terdiri dari Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan masa Khulafaurrasyidin.


NO


NAMA

TAHUN BERKUASA

LAMA

1

2

3

4


Abu Bakar Ash – Shiddiq

Umar bin Khattab

Usman bin Affan

Ali bin Abi Thalib

11 – 13 H/632 – 634 M

13 – 32 H/634 – 644 M

23 – 35 H/644 – 655 M

35 – 40 H/655 – 661 M


2 tahun 3 bulan

10 tahun 6 bulan

12 tahun

4 tahun 9 bulan

                Marilah, kita secara bersama menyaksikan kisah dari para khulafaurrasyidin berikut ini :


A.      Abu Bakar Ash – Shiddiq

Kepergian nabi Muhammad SAW selama – lamanya menyisakan rasa duka yang mendalam bagi sanak keluarga dan saudara beliau serta para sahabat yang selalu menemani beliau seakan menerima pukulan besar akan ketiadaan nabi lagi sebagai salah satu sumber hukum kala itu yang kini membuat masyarakat makkah kebingungan dalam menentukan Hukum dan menjadi ragu tuk berpegang teguh kepada Agama Islam.
Maka, sepeninggalan nabi Muhammad SAW Abu Bakar Ash – Shiddiq berusaha untuk meyakinkan kaum muslimin kala itu ketika suasana yang begitu bingung akan ketidak percayaan mereka terhadap Muhammad yang telah meninggalkan mereka. Dan dalam kerumunan kaum muslimin kala itu Abu Bakar mencoba menenangkan dan menghilangkan kebingungan yang menimpa mereka yang kemudian Abu Bakar berpidato kepada mereka “Wahai Manusia! Barangsiapa memuja Muhammad, Muhammad telah mati. Tetapi, siapa yang memuja Tuhan, Tuhan hidup selama – lamanya, tiada mati – matinya” kemudian Abu Bakar membacakan ayat Al-Qur`an surat Ali – Imran 144







“Muhammad itu hanyalah seorang Rasul, telah berlalu beberapa orang rasul sebelumnya. Sekiranya Muhammad iru mati atau di bunuh orang, apakah kamu akan kembali menjadi kafir. Barang siapa yang kembali menjadi kafir, maka ia tidak akan mendatangkan bahaya kepada Tuhan sedikitpun”.
 Abu Bakar merupakan sahabat nabi yang pertama masuk Islam dan dan beliau merupakan seorang pedagang yang amat luas pergaulannya. Melalui beliaulah banyak orang yang masuk ke dalam Agama Islam. Diantara mereka yang memeluk agama Islam melalui Abu Bakar  adalah  Utsman bin Affan, Zubair bin `Awwam, Abdurrahman bin `Auf, Sa`ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Al – Arqam bin Al – Arqam dan beberapa penduduk lain di makkah. Dan mereka inilah di sebut dengan As - Sabiquuna Awwaluun ( orang – orang yang pertama memeluk islam).
Gelar Ash –Shiddiq pun diberikan kepadanya dikarnakan selalu membenarkan ajaran yang di bawa Rasulullah SAW baik ketika nabi Muhammad Isra` mi`raj sampai kepada peristiwa – peristiwa lainnya yang membuat masyarakat makkah kebingungan menalar peristiwa – peristiwa maha dahsyat tersebut.
Khalifah pertama umat Islam kala itu adalah Abu Bakar yang dimana beliau terpilih secara langsung melalui kaum muslimin yang menghendaki di pimpin oleh Abu Bakar dan ketika itu mulailah pemba`iahan beliau menjadi khalifah pengganti Muhammad SAW kemudian beliau berpidato kepada masyarakat muslim kala itu yang dimana pidato beliau sangat terkenal dengan kebijaksanaannya dalam memimpin kaum muslimin “Wahai manusia! Saya telah di angkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik di kalanganmu. Maka jika aku menjalankan tugasku dengan baik, maka ikutilah aku. Tetapi, jika aku berbuat salah. Maka betulkanlah! Orang yang aku pandang kuat, saya pandang lemah hinga aku dapat mengambil hak daripadanya. Sedang orang yang kamu pandang lemah saya pandang kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasulnya. Tetapi bilamana aku tidak menaati Allah dan Rasul-Nya, kamu tak patut taat kepadaku.”[10]
Dalam memimpin, Abu Bakar mendapat banyak persoalan – persoalan dalam hidupnya yang semakin hari semakin bertambah dan akhirnya beliau membuat kebijakan kebijakan dalam memimpin umat Islam kala itu.


Kebijakan Abu Bakar Ash – Shiddiq
Dalam keseharian pastilah ada permasalahan yang selalu menghantui kehidupan kita dalam bermasyarakat dan dan bernegara. Hal ini di rasakan oleh Khalifah Abu Bakar Ash – Shiddiq yang dimana mendapati permasalahan dalam memberantas nabi palsu dan orang yang enggan membayar zakat. Dalam mengatasi masalah tersebut, Abu Bakar melakukan musyawarah dengan para sahabat atas tindakan apa yang harus dilakukan dalam memberantas permasalahan yang mereka hadapi. Maka, terjadilah perbedaan pendapat antara sahabat kemudian dengan tegar dan tegas Abu Bakar mengatakan akan memerangi semua golongan yang menyimpang dari kebenaran dan menuntun mereka tuk kembali ke jalan yang benar.
Terbentuklah sebelas pasukan yang akan memberantas masalah tersebut dengan     perlahan – lahan Khalifah Abu Bakar mengirim surat kepada mereka ( golongan yang menentang kebenaran ) yang isinya mengajak mereka untuk kembali ke jalan yang benar dan berpegang teguh kepada  Al – Qur`an dan As – Sunnah. Akan tetapi, surat tersebut tidak mendapat respon positif bahkan mereka menunjukkan penentangannya terhadap kaum muslimin. Kemudian Abu Bakar membentuk sebelas batalion yang berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan intruksi dari beliau agar kembali ke jalan yang benar dan apabila ada yang membangkang ajakan tersebut maka, perangilah mereka.
Sebagian mereka ada yang menerima ajakan tersebut tanpa melakukan peperangan dan sebagian yang lain masih bersikukuh atas apa yang mereka perbuat dan membuat Abu Bakar marah sehingga beliau mengirim Khalid bin Walid yang merupakan komandan pasukan perang pertama untuk memerangi Thulaihah dalam perang Buzaka. Tidak hanya itu, Khalid bin Walid pun telah berhasil memberantas nabi palsu yang di komandani oleh musailamah al – kazzab dengan pasukannya di pukul mundur oleh Khalid bin Walid hingga tiada satu pun yang tersisa dalam perang Yamamah 633 Masehi.
Wafatnya Abu Bakar Ash – Shiddiq
Setelah menjabat selama 2 tahun 3 bulan akhirnya kaum muslimin harus kehilangan orang yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan ajaran Islam yakni Abu Bakar Ash – Shiddiq yang meninggal pada tanggal 21  Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 22 Agustus 634 Masehi.


B.      Umar bin Khattab

Siapa yang tak kenal Umar bin Khattab? Beliau adalah orang yang terkenal dengan berwatak keras, pemberani, dan tidak pernah gentar terhadap suatu apapun. Umar bin Khattab merupakan putra dari Nufail al Quraisy dari suku bani Adi yang kala itu di pandang sebagai suku yang mulia dan berkedudukan tingga pada zaman pra – Islam. Beliau merupakan seorang pedagang kala itu yang di mana belum masuk kedalam ajaran Islam sehingga masuknya ajaran Islam ke beliau itu, di dasari pada cerita ketika suatu hari Umar keluar dengan pedang terhunus. Di tengah jalan beliau bertemu dengan Nu`aim ibnu Abdillah yang melihat gerak – gerik Umar yang tampak seperti orang emosi itu seraya berkata “Mau kemana, Umar?” dan kemudian Umar menjawab “ Mau membunuh Muhammad yang telah memecah belahkan kaum Quraisy dan mencela Agama mereka” dengan tersenyum pula Nu`aim pun mencobah mengalihkan Umar bin Khattab untuk langsung bertemu nabi Muhammad SAW dengan berkata “Alangkah baiknya kalau kamu kembali pulang mengurus keluargamu sendiri dikarnakan Fatimah adikmu dan suaminya Sa`id ibnu Zaid sekarang sudah mengikuti Muhammad”.
Dengan geramnya mendengar pernyataan dari Nu`aim ibnu Abdillah Umar pun bergegas menemui adiknya Fatimah yang sedang  membaca Al – Qur`an  bersama suaminya dan menampar adiknya dengan kasarnya. Maka, setelah berapa lama Umar mendalami dan membaca Al – Qur`an tersentuhlah hati Umar dan beliau menyatakan Islam langsung di hadapan Rasulullah SAW.
Dengan demikian, walaupun Umar bin Khattab merupakan musuh terbesar umat islam sebelum beliau menjadi muslim. Akan tetapi, setelah beliau menyatakan menjadi umat muslim beliau menjadi pembela ajaran Agama Islam yang terkemukan.


Pengangkatan Umar bin Khattab menjadi Khalifah

Dalam pergantian ke Khalifahan dari Abu Bakar Ash – Shiddiq  menuju Umar bin Khattab tak ada sama sekali perselisiahan antara kaum muslimin sehingga berjalan dengan mulus dan lancar sebagaimana yang di harapkan kebanyakan umat Islam yang dimana hal ini di dasari ketika Abu Bakar wafat maka calon penggantinya sudah di tetapkan yakni Umar bin Khattab melalui musyawarah yang mufakat antara kaum muslimin dan Abu Bakar Ash – Shiddiq serta pencalonan beliau agar Umar lah yang menggantikannya sebagai Khalifah kedua Khulafaurrasyidin pada masa itu.
Sehingga setelah Abu Bakar wafat, Umar lah yang menggantikan beliau menjadi Khalifah untuk meneruskan perjuangan penyebarluasan Agama Islam hingga ke pelosok – pelosok muka bumi dan dapat menguasai daerah – daerah yang selama ini belum dapat di kuasai oleh kaum muslimin seluruhnya.

Kebijakan Khalifah Umar bin Khattab

Dalam periode pemerintahan Umar bin Khattab, tidak banyak pertentangan dan perselisihan antara kaum kafir Quraisy dengan kaum muslimin dalam artian pada masa beliau disebut sebagai masa yang cukup makmur, aman, dan damai. Sehingga dengan keadaan yang efisien tersebut, maka Khalifah Umar bin Khattab memanfaatkan keadaan tersebut untuk membuat kebijakan berupa membangun suatu sistem pemerintahan negara.
Ada dua kebijakan yang dilakukan Umar bin Khattab :

1.       Membuat kebijakan Internal, yang di dalamnya membentuk departement – departement yang menangani masalah – masalah sosial dan sebagainya
2.       Membuat kebijakan Eksternal, yang di dalamnya mengatur tentang penyebar luasan ajaran Agama Islam keluar dari Jazirah Arabia

Maka, dengan dua kebijakan diatas dapat membuat ajaran Agama Islam menjadi lebih tertib lagi dalam menjalankan roda pemerintahan sehingga tidak terdapat lagi perebutan kekuasaan agar menjadikan ajaran Agama Islam berkembang pesat sebagaimana yang telah di cita – citakan nabi Muhammad SAW.  

Peda masa pemerintahan Umar bin Khattab juga telah menerapkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah dengan cara membagi masyarakat menjadi dua bagian :

1.       Masyarakat Muslim dikenakan kewajiban mereka membayar zakat
2.       Masyarakat Non Muslim ( ahl – al dzimmi ) dikenakan jizyah ( pajak perorangan ) dan kharraj ( pajak tanah )

Dan dalam masalah hukum pun Khalifah Umar bin Khattab menerapkan bahwa kalau yang melanggar adalah umat Islam maka harus di kenakan sanksi hukum menggunakan hukum Islam. Sedangkan, kalau yang melanggar hukum orang Non Islam maka, mereka patut di hukum dengan ketentuan adat Istiadat ajaran Agama mereka masing – masing. Sehingga semua dapat merata dan di beri kebebasan dalam menentukan pilihannya untuk ber-Agama.  Dan pada saat pemerintahan Umar bin Khattab lah terbentuk lembaga keuangan negara  yang di beri nama Baitul Mal.


Wafatnya Umar bin Khattab

Di waktu ketika Umar bin Khattab melakukan ibadah Shalat, seorang persia yang bernama Abu Lu`luah berhasil menyusup kedalam masjid dengan membawa golok yang bermaksud untuk menikam Umar ketika sedang shalat dengan beberapa kali tikaman sehingga Umar memekik kesakitan dan kaum muslimin pun berhenti melaksanakan sembahyang yang kemudian berusaha menangkap Abu Lu`luah. Hanya saja, dalam menangkapnya Abu lu`luah melawan dengan sekuat tenaga sampai ada kaum muslimin yang mati kena tikaman dan ada pula yang luka – luka. Setelah Abu Lu`luah di tangkap dia pun mengambil goloknya dan menancapkannya pada dirinya sehingga dia tewas di tikam goloknya sendiri.
Beberapa hari telah berlalu yang kemudian datanglah berita duka akan kepergian Umar bin Khattab dari muka bumi untuk menghadap sang pencipta menyusul dua rekannya yakni nabi Muhammad SAW dan Khalifah Abu Bakar Ash – Shiddiq.


C.      Usman bin Affan
Nama lengkap beliau adalah Usman ibnu Abil Ash Ibnu Umaiyah, yang di mana beliau lahir ketika nabi berusia 5 tahun. Dan orang yang mengIslamkan beliau adalah Khalifah Abu Bakar Ash – Shiddiq yang kala itu membujuk dan merayu Usman tuk dapat memeluk ajaran Agama Islam tanpa ada paksaan sedikitpun dikarnakan Allah SWT telah membebaskan kepada umatnya untuk beragama menurut kepercayaannya masing – masing dan ingat! Dari sekian banyak golongan Agama di Muka bumi ini hanya satulah yang akan masuk kedalam syurganya Allah SWT dengan cara berpegang teguh kepada Al – Qur`an dan As – Sunnah serta mengerjakan apa yang di perintahkan Allah dan Rasulnya dan menjauhi apa yang di larang-Nya.
Usman bin Affan sebelum menjadi Islam beliau adalah orang yang termasuk saudagar besar dan kaya rasa pada zamannya. Dan terkenal sebagai orang yang pemurah dalam menyumbangkan hartanya demi kepentingan Agama Islam. Istri dari Usman bin Affan merupakan anak dari Rasulullah SAW yakni Ruqaiyah sehingga hubungan beliau dengan nabi Muhammad sangatlah erat cakupan kekeluargaannya dan ketika itu Ruqaiyah telah meninggal dalam peristiwa perang Badar. Yang kemudian setelah itu, Usman menikah kembali dengan putri Rasulullah SAW yang bernama Ummu Kultsum sehingga beliau di juluki sebagai “Dzun Nurain” ( yang mempunyai dua cahaya ) dan Usman merupakan sahabat yang di beri kabar gembira bahwa dia akan masuk syurga. Hal ini, di perkuat oleh sabda nabi Muhammad SAW “Tiap – tiap nabi mempunyai teman dan temanku di Syurga adalah Usman.

Pengangkatan Usman bin Affan menjadi Khalifah
Setelah wafatnya seorang yang terkenal dengan ketegasan dan tidak mempunyai rasa takut sama sekali terhadap manusia manapu, beliau adalah Umar bin Khattab yang kala itu menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash – Shiddiq dan kini setelah kepergian Umar maka Usman lah yang menggantikan Umar atas usulan kaum Muslimin yang dimana usulan itu di berikan kepada Umar pra – beliau Wafat, dan kemudian Umar mengambil jalan tengah dengan memilih 6 sahabat terbaik Rasulullah SAW diantaranya : Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa`ad bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf.
Pasca Umar meninggal dunia, maka keenam sahabat berunding untuk menentukan siapakah yang tepat tuk menjadi Khalifah pengganti Umar bin Khattab dikarnakan oleh tuntutan kaum muslimin agar cepat menemukan Khalifah pengganti umar bin Khattab. Maka, setelah mengalami perundingan yang cukup sengit dan Abdurrahman bin Auf pun telah melakukan musyawarah dengan lapisan kaum muslimin sehingga terpilihlah dua kandidat yakni Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Sehubungan dengan terpilihnya dua kandidat, dan setelah mengalami perkembangan selanjutnya paka pilihan itu jatuh kepada Usman bin Affan dikarnakan beliau lebih tua dari Ali bin Abi Thalib . ada dua faktor yang mendasari penyerahan khalifah kepada Usman :
1.       Lebih besar kemungkinan untuk menarik kembali jabatan khalifah nanti dari bani Umaiyah daripada bani hasyim
2.       Sebagian besar kaum Muslimin tak ingin menyerahkan jabatan kepada Ali bin Abi Thalib dikarnakan pendapat mereka bahwa Ali akan melanjutkan pola pemerintahan Umar yang radikal, keras dan disiplin di bandingkan Usman bin Affan yang di pandang lunak, pemurah dan toleran dalam memimpin[11]

Dari perbandingan di atas, maka terpilihlah Usman bin Affan sebagai Khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab yang pada saat itu, umur beliau mencapai 70 tahun.


Kebijakan Khalifah Usman bin Affan

Masa kepemimpinan Usman bin Affan berlangsung selama 12 tahun dan telah banyak menimbulkan permasalahan dan rintangan yang di hadapi beliau selama masa pemerintahannya itu. di mulai dari penyeragaman dialek dan pembentukan Al – Qur`an menjadi Mushaf pun telah di lakukan di zaman Usman bin Affan. Prosesi pemerintahan sudah nampak jelas ketika periode Usman bin Affan dengan terpilihnya Marwan bin Al – Hakam sebagai sekertaris Negara dan Al – Walid bin Uqbah sebagai gubernur Kuffah, dan Abdullah bin Sa`ad sebagai Gubernur Mesir. Yang dimana semua pemimpin yang di pilih beliau berasal dari kalangan keluarganya sendiri sehingga beliau mendapati protesisasi dari masyarakat Kuffah akan kebijakan yang di kendalikannya tersebut. Di karnakan terjadi krisis kepercayaan dan konflik pada masa Usman bin Affan yang dimana beliau mengeluarkan kebijakan adalam pembagian Tanah rampasan perang yang pada zaman Umar menjadikan tanah tersebut sebagai milik negara. Tetapi, dalam kepemimpinan Usman bin Affan, Tanah rampasan perang itu di bagikan dengan tujuan supaya tanah tersebut dapat produktif akan tetapi dikarnakan krisis kepercayaan dan konflik tersebut timbullah gejolak penolakan kebijakan yang telah di tetapkan Usman bin Affan.
Meskepun demikian, Usman bin Affan telah mencurahkan begitu banyak kontribusi terhadap kaum muslimin yang diantaranya adalah membangun angkatan laut sehingga pasukan Islam dapat menyebarkan ajarannya ke luar Jazirah Arab kemudian beliau juga membangun serta memperbaiki masjid Nabawi, jalan, jembatan serta bendungan pada masa itu.
                                                                                       
Wafatnya Usman bin Affan
Terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan dikarnakan pemberontakan masyarakat yang menerobos rumah Khalifah dan menyerang Usman yang sedang membaca Al – Qur`an dan terbunuhlah Usman kala itu ( 12 Dzulhijjah 35 H/1655 M ). sedangkan istrinya berusaha mencegah para pemberontak, akan tetapi apa daya seorang wanita yang melawan begitu banyak pemberontak yang telah menewaskan suaminya itu dan di karnakan pemberontakan itu, banyak kaum muslimin yang tewas terbunuh oleh para pemberontak.

D.      Ali bin Abi Thalib

Dimasa kecil, Ali bin Abi Thalib sudah biasa terdidik dan di asuh di rumah tangga nabi yang dimana beliau dilahirkan 10 tahun sebelum nabi di utus menjadi Rasul ayahanda beliau adalah Abu Thalib bin Abdul Muthalib yang merupakan paman dari Rasulullah SAW dan ibundanya adalah Fatimah binti Asad sebelum Islam muncul keluarga bani Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat.
Sejak kecil Ali bin Abi Thalib telah di kenal sebagai orang yang cerdas dan pemberani. Yang dimana dengan sifatnya yang pemberani itu, di buktikan ketika beliau menggantikan posisi nabi di tempat tidur ketika nabi Muhammad SAW akan hijrah. Yang dimana kala itu rumah nabi Muhammad telah di kepung oleh kaum kafir Quraisy dan tidak sedikitpun Ali bin Abi Thalib merasa takut menghadapi kaum kafir Quraisy.
Dengan beranjak dewasanya Ali bin Abi Thalib, beliau kemudian menikahi anak dari nabi Muhammad yaitu Fatimah Az – Zahra dan kemudian di karuniai 4 anak yang sekaligus menjadi cucu dari nabi Muhammad SAW diantara anak – anak Ali bin Abi Thalib dan putri nabi Fatimah Az – Zahra adalah Hasan, Husein, Zainab, Ummu Kultsum.
Dan dengan keberanianya pula Ali bin Abi Thalib memberikan kontribusi yang sangat dahsyat dalam menumpas kaum kafir Quraisy dalam peperangan – peperangan yang selalu menanti beliau di depan mata, dimulai dari perang badar, Uhud bahkan perang – perang lainnya telah beliau ikuti yang kemudian ini menjadi pembuktian bahwa Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemberani yang selalu membantu Rasulullah SAW dalam hal apapun


Pengangkatan Ali bin Abi Thalib Menjadi Khalifah

Setelah Usman bin Affan wafat, masyarakat secara beramai – ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah yang kemudian menimbulkan banyak persoalan – persoalan tentang kebijakan yang di keluarkan Aali bin Abi Thalib, yang pada mulanya sebelum pemba`iahan Ali bani Umaiyah sudah merasakan hal tersebut. Maka demikaianlah proses pembai`ahan Ali yang dimana tidak berjalan mulus seperti proses pemba`iahan para Khalifah – Khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib.

Kebijakan Ali bin Abi Thalib

Sebagai Khalifah ke empat setelah Usman bi Affan beliau meneruskan kebijakan yang pernah di buat pada masa Abu Bakar Ash – Shiddiq dan pada masa Umar bin Khattab yaitu dengan menonaktifkan para gubernur yang telah di angkat oleh Usman yang dimana beliau berpandangan bahawa banyaknya pemberontakan berasal dari kalangan pemimpin – pemimpin yang di pilih dari kalangan sanak keluarga Usman bin Affan. Kemudian Ali bin Abi Thalib menerapkan prinsip – prinsip baitul mal  dan memutuskan untuk mengembalikan tanah – tanah yang telah di ambil oleh bani umayah kepada perbendaharaan Negara. Dan menarik semua pemberian dan hibah yang telah di berikan Khalifah Usman bin Affan kepada bani Umaiyah.
Setelah gubernur di nonaktifkan atau dengan kata lain mengganti gubernur – gubernur yang di pilih oleh Usman bin Affan dan tidak di sukai oleh masyarakat dengan gubernur atau pemerintah yang lainnya. Diamana Ali meminta Gubernur Kufah ( Al – Walid bin Uqbah ) untuk mundur dari jabatannya. Dan meletakkan Muawiyah sebagai Gubuernur Syiria. Permintaan tersebut pun di tolak dan menimbulkan konflik antara Khalifah Ali dengan pejabat gubernur kala itu. dan berujung pada peperangan Shiffin ( 38 H/657 M ).
Perang pun berlanjut yang dimana dalam peperangan tersebut malah melemahkan kekuatan Khalifah Ali dan memperkuat posisi Muawiyah. Dan kemudian terpecahlah pasukan Ali bin Abi Thalib menjadi 2 bagian yakni : bagian pertama merupakan kelompok atau firqah yang mendukung Ali dan setia kepadanya yang di beri nama kelompok Syiah sdangkan kelompok yang membangkang dari Ali bin Abi Thalib di sebut kelompok Khawarij. Yang dimana mereka keluar dari Ali dikarnakan ketidak sepakat mereka dengan keputusan Ali yang menerima arbitrase ( tahkim ).

Wafatnya Ali bin Abi Thalib

Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H ( 660 M ) Ali bin Abi Thalib terbunuh oleh Abdurrahman bin Muljan yang merupakan orang suruhan dari kelompok Khawarij yang dimana dari Firqah tersebut membuat perencanaan pembunuhan di tiga tempat. Yang pertama adalah perencanaan pembunuhan yang dilakukan oleh Abdurrahman bin Muljan dengan tugasnya membunuh Ali bin Abi Thalib. Perencanaan pembuhuhan kedua dilakukan oleh Barak Ibnu Abdillah  yang merupakan orang suruhan kedua dari kelompok Khawarij untuk membunuh Muawiyah. Dan perencanaan pembunuhan yang ketiga dilakukan oleh Amr bin Bakr At – Tamimi yang di tugaskan membunuh Amru bin Ash dengan bertolak belakang menuju Mesir. Dan perencanaan itu pun di lakukan pada tanggal 17 Ramadhan.
Hanya saja dari ketiga perencanaan tersebut hanya satu yang berhasil terlaksana yaitu perencanaan yang diamanahi kepada Abdurrahman bin Muljan untuk membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib yang ketika itu sedang memanggil orang – orang untuk bersembahyang bersama di masjid Kufah. Dengan tusukan pedang Abdurrahman bin Muljan itulah yang membuat Ali bin Abi Thalib tewas dan kemudian orang – orang menangkap pelaku pembunuhan Ali tersebut. Sedangkan, perencanaan kedua dengan tikamannya hanya mengenai bagian pinggul Muawiyah sehingga tidak menimbulkan ajal baginya. Dan penikamnya pun di tangkap kemudian di bunuh kala itu. sedangkan perencanaan ketiga mengalami kegagalan total di karnakan salah dalam menikam orang yang dimana seharusnya menikam Amr bin Ash berbanding terbalik dengan menikam Kharijah bin Habib  As – Suhami yang menjadi Imam pada shalat Shubuh yang di kira Amr bin Bkr At – Tamimi adalah Amr bin Ash yang dimana beliau tidak menjadi imam ketika pagi itu.
Maka dengan kepergian Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah terakhir umat Islam menimbulkan perselisihan dan cara pandang yang berbeda antara satu golongan dengan golongan yang lain sehingga menyebabkan terjadinya perpecah belahan dalam ajaran Agama Islam dan terbentuklah kelompok – kelompok seperti Khawarij, Murji`ah, Mu`tazilah, Syi`ah dan firqah – firqah lainnya.   






































BAB III

PENUTUPAN


Kesimpulan

Sebagaimana yang telah saya uraikan di atas di mulai dari zaman Rasulullah SAW sampai kepada zaman para sahabat beliau yang kita sering sebut dengan masa Khulafaurrasyidin ini sangatlah berkaitan dengan penyebar luasan dan perkembangan ajaran Agama Islam yang dimana merupakan Agama dengan basis peminat yang semakin hari semakin bertambah pengikutnya.
Dengan perjuangan yang dilakukan Rasulullah SAW dengan para sahabatnya dalam menyebarkan Agama Islam.  berkat perjuangan merekalah Agama Islam dapat berkembang pesat sampai sekarang, dan kalau dikaitkan dengan zaman sekarang manusia lebih menyepelekan ajaran yang telah di bawa dengan susah payah oleh Rasulullah dan para Sahabatnya.
Kita juga dapat mengambil kesimpulan, agar bisa menjadi orang yang sesederhana mungkin dan janganlah hidup dengan bermewah – mewahan seperti yang di contohkan para nabi dan sahabatnya. Di  dalam hidup pun haruslah selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan.  Kemudian selalu berpegang teguh kepada pedoman ajaran Agama Islam yakni berupa      Al – Qur`an dan As – Sunnah yang di pesankan beliau  pada haji wada` kepada umat manusia untuk selalu berpegang teguh kepada keduanya ( Al – Qur`an dan As – Sunnah ).























Daftar Pustaka

Ismail Faisal, Sejarah dan Kebudayaan Islam dari Zaman Permulaan hingga Zaman Khulafaurrasyidin, Yogyakarta : CV. Bina Usaha

Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah XII, Semarang : PT. Karya Toha Putra 2009

Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Bintang 1975

Esha, Muhammad In`am, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam, Malang : UIN-Maliki Press 2011

Israr, C., Sejarah Kesenian Islam, Jakarta : Bulan Bintang 1978

MJ Media, Kisah 25 Nabi dan Rasul

MJ Media, Kisah Khulafaurrasyidin

Kumpulansejarah.com


[1] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, PT. Karya Toha Putra Hal 8
[2] Al-Qur`an, Mughfira Pustaka, Qur`an Tajwid dan Terjemahannya, Ali Imran ayat 19, Juz 3 Hal 52
[3] Faisal Ismail, Sejarah Kebudayaan Islam dari zaman pemula hingga zaman Khulafaurrasyidin, Hal 33
[4] Faisal Ismail, Sejarah Kebudayaan Islam dari zaman pemula hingga zaman Khulafaurrasyidin, Hal 34
[5] Faisal Ismail, Sejarah Kebudayaan Islam dari zaman pemula hingga zaman Khulafaurrasyidin, Hal 44-46
[6] kumpulansejarah.com/2012/10/sejarah-hidup-nabi-muhammad-saw-lengkap.html
[7] A. HASJMY , Sejarah Kebudayaan Islam, Hal 51-52
[8] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Hal 9
[9] MJ Media, Kisah 25 Nabi dan Rasul
[10] Faisal Ismail, Sejarah Kebudayaan Islam dari zaman pemula hingga zaman Khulafaurrasyidin, Hal 100 - 104
[11] Faisal Ismail, Sejarah Kebudayaan Islam dari zaman pemula hingga zaman Khulafaurrasyidin, Hal 121

Tidak ada komentar:

Posting Komentar